Kamis, 16 Desember 2010

LO Festival Keraton Nusantara Belum Terima Honor

Palembang - Sedikitnya 50 tenaga Liasion Officer (LO) Festival Keraton Nusantara (FKN) VII yang dilaksanakan 26-28 November lalu hingga Rabu (15/12) mengeluh belum terima honor.
Mereka menuntut kalau memang ada kompensasi dari kerja yang telah dilakukan, dapat segera direa¬lisasikan oleh panitia atau Sultan Iskandar Mahmud Badaruddin. ”Padahal, kami sudah melaksanakan tugas selama hari H festival. Bahkan sebelumnya juga sudah melakukan aktivitas,” ujar Robby Wijaya, seorang LO kepada SH, Rabu.
Sementara itu, Sultan Iskandar Mahmud Badaruddin ketika dikonfirmasi menyatakan bahwa memang keberadaan mereka (para LO) tak jelas. ”Mereka sepertinya tertipu oleh pihak yang tak bertanggung jawab. Masa jumlahnya sempat mencapai 400 orang. Lalu ada lagi LO yang jumlahnya juga mencapai 50 orang. Tapi, semuanya sudah diselesaikan,” ujarnya ketika dikonfirmasi, Rabu malam. (sir)

Rabu, 08 Desember 2010

Genteng Wuwungan Khas Kudus dan sekitarnya

Friday, August 29, 2008

http://warungbarangantik.blogspot.com/search/label/Arsitektur%20Tempo%20Doeloe

Genteng Wuwungan Khas Kudus dan sekitarnya 1

Jika melewati jalan raya antara kota Demak-Kudus, Kudus-Pati atau Kudus -Jepara, Jawa Tengah akan menjumpai pemandangan rumah-rumah dengan ciri atapnya khas "Joglo Kampung" atau istilahnya "Joglo Pencu" (joglo jenis ini identik dengan rumah-rumah adat Kudus yang terkenal itu). Pencu adalah pertemuan empat bidang atap yang tinggi.

Nah, di atas pencu itu diberi wuwungan dengan bentuknya yang khas. Ada yang sepintas seperti konde wayang orang atau pada bagian tengah seperti mahkota. Atap model pencu, dahulunya dibuat dari rumbia (semacam daun kelapa atau palem) tetapi dalam perkembangannya lebih banyak dibuat dari genteng. Genteng Kudus mempunyai motif khusus tumbuh-tumbuhan, dan terdapat juga model genteng gajah (dengan ornamen binatang gajah) di atas wuwungan (bagian paling atas dari genting) dan genteng raja (mahkota) yang bercorak indah.

Genteng wuwungan terbuat dari tanah liat dengan diberi motif bintik-bintik seperti payet pada busana. Payet-payet itu dibuat dari pecahan keramik (beling) warna putih. Bila dipandang dari kejauhan akan nampak indah.

Genteng wuwungan khas Kudus hingga sekarang masih dibuat di sejumlah desa di wilayah Kudus-Pati-Demak. Terutama di sentra-sentra pembuatan genteng dan batu-bata. Harganya telatif lebih murah ketimbang genteng wuwungan khas Kasongan.

Rabu, 01 Desember 2010

Yeni Roslaini Aktivis Langka Pembela Hak Wanita


Palembang: Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel) menjadi daerah tujuan human trafficking (perdagangan manusia). Beberapa kasus berhasil diungkap jajaran kepolisian setempat. Kasus perdagangan manusia atau human trafficking yang terjadi di Sumsel cukup tinggi. Tahun ini saja, hingga akhir Oktober 2007 tercatat lebih dari 50 kasus.

Perdagangan manusia, umumnya menimpa wanita. Tidak banyak orang yang begitu perhatian dan berjuang demi kepentingan kaum hawa itu. Yang sedikit itu, tersebutlah nama Yeni Roslaini atau dipanggil Yeni Izi.

Dalam memperjuangkan nasib wanita ini pulalah, istri Gusti Satriawan yang telah punya momongan berusia 1 ahaun, Rei Velinda Uno, ini sempat divonis 6 bulan penjara oleh majelis hakim di Pengadilan Negeri (PN) Palembang.

Sempat tak jelas nasibnya sekitar 5 tahun karena dia mengajukan upaya hukum, akhirnya April laluM Nahkamnah Agung (MA) memberikan angin segar dengan menetapkan dirinya bebas murni.

Hakim PN Palembang memang memvonis Yeni 7 bulan penjara dalam kasus pencemaran nama baik seorang terdakwa kasus dugaan pemerkosaan terhadap karyawannya sendiri. Selama persidangan, melalui organisasinya, Woman Crisis Centre (WCC) Palembang, memang ia melakukan advokasi dan dukungan. Termasuk berunjukrasa. Dalam unjukrasa itulah, dia meminta PN mengusut tuntas kasus yang dilkukan terdakwa dan mengecam perbuatan itu sebagai perbuatan biadab.

Oleh pengacara terdakwa, dia kemudian dilaporkan ke polisimencemarkan nama baik dan dijerat pasal 310 dan 311, melakukan pencemaran nama baik. Giliran sang pembela pun akhirnya jadi pesakitan.

“Padahal 47 pengacara yang tergabung dalam FIAT Justitita (tim pembeda Independen Aktivis untuk Penegakan Hukum) dalam pembelaan sudah menyatakan jeratan hukum itu error in persona. Salah orang, sebab tidak satu pun saya menyebut nama terdakwa itu dalam penyataan sikap maupun orasi,” ujarnya, soal kasus yang terjadi tahun 2001 lalu itu.

Ternyata hakim punya pandangan lain, sehingga Yeni divonis 7 bulan penjara. Untung dalam putusan itu tidak disebut harus langsung masuk. Sehingga saat melakukan upaya hukum banding di Pengadilan Tinggi (PT) dia belum mencicipi hotel prodeo. Meskipun, PT pun akhirnya menguatkan putusan PN, dan upaya kasasi pun diambil.
Tahun 2007, MA membuah ketenangan baginya. Dia bebas murni. Bagaimana dengan kasus yang menimpa korban NN yang dibela Yeni, ternyata terdakwa seorang pengusaha, divonis percobaan dengan putusan 6 bulan percobaan 1 tahun. Jaksa dalam perkara ini memang hanya mengajukan dakwaan tunggal, melarikan anak gadis, jeratan pasal 332 KUHP sejalan dengan pikiran hakim. Soal pemerkosaan memang tak disinggung dalam perkara itu. Itu pula yang sempat mencuat selama proses pengadilan. Terlebih ada dua visum yang sempat dibeberkan. Satu versi polisi dan satu lagi versi korban.

Kini, Yeni masih mempelajari kemungkinan menguggat atas kauss tersebut bersama koordinator FIAT Justitia (timpemela indepenen bagi aktivis), Justinus Joni.
Itu memang salah satu, pengalaman yang mesti dirasakan Yeni izi dalam membela hak-hak wanita. Itu pula, yang dahulu sempat dikhawatirkan keluarganya kala dia memilih terjun dalam dunia organisasi mahasiswa. Termasuk saat dia meyakinkan suaminya kini yang sempat memerlukan waktu 12 tahun, untuk masa berpacaran. Waktu panjang itu, proses yang harus dilalui untuk memberikan keyakinan.

Sejak Kuliah

Dia aktif sebagai ‘pemberontak’ sejak zaman duduk di bangku kuliah, Universitas Sriwijaya (Unsri) Tahun 1990-an. Saat Orde Baru masih berkuasa. Ketika itu keran demokrasi, masih tertutup.

Karenanya, pilihan Yeni Izi yang kuliah di FKIP, Jurusan Sejarah, untuk aktif di organisasi mahasiswa benar-benar ditentang. Apalagi, orang tuanya, Izi Asmawi (almarhum) adalah seorang guru.
“Guru itu harus digugu dan ditiru. Bukan melawan.” pesan ayahnya, yang juga diamini ibunya Sulaidah. Dari enam bersaudara memang hanya Yeni yang kemudian hingga saat ini menjadi aktivis. Tidak menjadi guru seperdi rencana semula ketika dia memilih FKIP tempat kuliah.

“Guru itu kan memang tidak mesti di sekolah atau di kelas. Di masyarakat pun bisa menjadi guru. Dan saya pun kini menjadi guru,” ujarnya Yeni.
Kekhawatiran keluarga Yeni memang kemudian terbukti. Sebelum atau sesudah dia demo atau unjuk rasa dulu, rumahnya sering disatroni intel. Kondisi yang sebelumnya tak pernah ada dalam kehidupan guru. Lingkungan Yeni pun memang penuh nuansa pendidikan. Rumahnya di Lorong Gotong Royong, 9/10 Ulu Palembang, berada di dekat lembaga pendidikan mulai SMP hingga perguruang tinggi.

Yeni menamatkan SDN 366, SMPN 7 dan sempat tiga kali pindah sekolah saat di SMA yakni, SMAN 8, SMA 3 dan terakhir SMAN 1 Palembang, memang mulai aktif di kampus dalam Forum Mahasiswa untuk Kebebasan Rakyat (FMKR), Forum Komunkasi Mahaiswa Sumsel, Forum Dskusi Pembebasan Informasi dan Pembebasan Aksi.
Aktivitas organisasi ini memang berbeda dengan Senat Mahasiswa di kampusnya. Sehingga, keberadaan mereka pun sulit diterima rekorat. Aktivitas, awalnya sekedar diskusi, pertemuan, sampai kemudian aksi. Terhadap kasus-kasus lokal maupun nasional. Itu berlagsung hingga era reformasi.
Pergaulan di luar kampus mulai berkembang sehingga tahun 1995 bergabung dengan Yayasan dan Organisasi Wanita dan Anak (OWA), Walhi, Serikat Buruh Sejahtera Indonesia (SBSI).
Sekretaris Jaringan HAM Sumsel diembannya 2000-2006. Lalu Fasilitator Daerah Program Keberdayaan Untuk Masyarakat Sumsel dan Babel 1998-2002.
Pendirian WCC Palembang digagasnya sejak 1998 bersama Yuni Setya Rahayu (Neni) yang kemudian menjadi Direktur Eksekutif. Lalu karena alasan tertentu, Neni yang suaminya Muhamad Yamin, menjadi anggota DPR RI dari PDIP kemudian tak aktif lagi per 2002. Yeni pun menjabat Direktur Eksekutif atau penjabat sementara hingga 2003. Setelah itu hingga kini, barulah defiitif dia menjadi Direktur Eksekutif.


Kasus-kasus wanita tak sedikit ditanganinya. Yang menonjol misalnya kasus seorang anak idiot yang diperkosa seorang kakek tahun 2000. Lalu kasus pemerkosaan karyawan oleh majikannya yang membuat dia sempat terpenjara.

Kasus yang menimpa wanita umumnya beragam, mulai dari kekerasan dalam rumah tangga, trifficking, sampai perkosaan dan pelecahan serta beragam kasus lainnya.
Terdata, pada 2005 lalu, WCC mendata sekitar 772 tindak kekerasan terhadap perempuan di wilayah Sumsel. Untuk tahun 2006, jumlah laporan yang masuk berjumlah 324 kasus dan tetap didominasi tindak KDRT.

Yeni menjelaskan, penurunan jumlah kasus bukan berarti tindak kekerasan berkurang. Akan tetapi mulai tahun 2006 itu, WCC hanya mempublikasikan data yang berasal dari laporan yang masuk ke WCC saja.

”Tahun 2005, kami mempublikasikan data yang diambil dari media dan ditambah dengan laporan yang masuk ke WCC. Untuk lebih menjaga kevalidan data, maka saya putuskan mulai 2006 WCC hanya mempublikasikan data laporan yang benar-benar masuk ke WCC,” ujarnya. Yeni menambahkan, dalam kurun waktu Januari hingga Oktober 2007,jumlah tindak kekerasan yang dilaporkan ke WCC berjumlah 173 kasus. Dari jumlah itu, kasus perdagangan perempuan dan anak mengalami peningkatan, di mana pada 2006 tercatat 37 kasus, dan di tahun 2007 ini mencapai 50 kasus. ” Bukan hanya meningkat, namun modus operandi yang dilakukan para pelaku sangat rapi, sehingga aparat kepolisian dan pemerintah tidak dapat berbuat banyak meminimalisasi kegiatan itu,”ucapnya.

Yeni menjelaskan, dari pengakuan beberapa korban perdagangan manusia yang menjalani konseling di WCC, biasanya para pelaku sebelum melakukan aksinya akan memastikan korban tidak dapat berkomunikasi dengan siapa pun,serta memberikan identitas baru kepada para korban. (sh/muhamad nasir)

Sisi Lain

Sarjana Pendidikan yang Tak Mengajar

Yeni Izi secara formal memiliki gelar sarjana pendidikan (SPd.). Dia menamatkan kuliahnya di Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Sriwijaya.

Meski bergelar sarjana pendidikan, ternyata dia takpernah sekalipun menjadi guru di kelas. “Mestinya memang saya mengajar di kelas. Orang tua juga awalnya menentang. Pacar saya yang kini menjadi suami juga kurang bisa menerima,’ ujar Yeni.

Tapi pilihan telah ditetapkan. Dan langkapun telah dimantapkan, kini Yeni memang tak mengajar di kelas. Tetapi dia berkeyakinan, guru itu tidak mesti mengajar di kelas. Dirinya sekarang tetap lah guru. Guru masyarakat.

Tak mudah bagi Yeni meyakinkan orang tuanya. Apalagi, kemudin banyak hal yang dari awal ditakutkan orang tuanya terkait pilihan menjadi aktivis menjadi terbukti. Rumah sering diincar inter. Bagi keluarganya, berurusan dengan aparat keamanan itu merupakan masalah. Orang akan menilai negatif dan menilai telah berbuat jahat kalau sampai berurusan danselalu dicurigai aparat keamanan.

Yeni meyakinkan aorang tuanya, bahwa yang dilakukannya adalah memperjuangkan hak. Kepentingan orang banyak. Yang tidak banyak orang bersedia menjadikannya lahan pengabdian.

Seiring waktu, kondisi pun berubah. Termasuk era reformasi. Kendala yang dihadapi menangani kasus wanita adalah tradisi di masyarakat kalau kekerasan dalam keluarga itu tabu diungkap. Kekerasan seksual juga merupakan aib yang harus ditutup. Serta aparat penegak hukum yang masih belum bisa koordinasi, terutama di tararan kejaksaan dan kehakiman,. Kalau kepolisian, menurutnya sudah berjalan. Terutama di tingkat Polda dan Poltabes. Kalaupun ada korban berkaitan wanita, polisi biasanya langsung mengontak WCC.

Dengan terjuna di dunia aktivis, beberapa negara pun sempat didatangi Yeni, diantaramnya, Amerika tahun 2004 saat dia mengikuti pertukaran resolusi konflik selama 2 minggu. Filipina, tahyb 2003 elatihan penyelesaian konflik HAM, Malaysia tahun 2005, pelatiha penanganan pelanggaea anak dan perempuan. Juga Jerman tahun 2001. Saat itu justru dia menjadi terdakwa dalam kasus pencemaran nama baik yang dipersoalkan terdakwa dugaan pemekrosan majikan terhadap karyawannya dibawah umur.

“Saya justru mendapat izin keluar negeri Dan sidang diundur karena saya mesti ke luar negeri. Hakimnya, baik,’ ujarnya. Kini, persoalan wanita tak kujung berkurang. Perjuangan memang masih panjang fan tak mugkin terhenti. Kita Perlu ada sosok seperti Yeni. (sh/muhamad nasir)

Minggu, 21 November 2010

Sultan yang Bertahan Tanpa Istana dan Kekuasaan


PEMASANGAN PIN GUGUK RIMBO BEDEGUNG KESULTANAN PALEMBANG DARUSSALAM 2007


*Raden Muhammad Sjafei Diraja





Palembang:

Kesultanan Palembang Darusalam memang tak ada lagi. Namun perkembangan yang terjadi di negeri Palembang Darusalam yang dinilai kian lama menuju kehancuran dan perpecahan, khususnya soal adat istiadat, tata krama dan sopan santun, menjadi alasan diperlukan upaya membentuk Palembang sebagai negeri keselamatan.

Ini sebagaimana harapan Sultan terdahulu bahwa Negeri Palembang Darussalam adalah Negeri Keselamatan terhadap semua makhluk Allah Swt baik di dunia maupun di akhirat.

Maka bermusyawarahlah toko adat, sesepuh dan tetuo Palembang Darussalam pada tanggal 22 Dzulhijah 1423 H atau tepatnya 24 Februari 2003. Saat itu di acara yang digelar di Auditorium IAIN Palembang, hadirlah sedikitnya 175 tokoh adat dan tokoh masyarakat dari 1 Ulu hingga 16 Ulu dan 1 Ilir hingga 36 Ilir. Intinya, mereka sepakat timbulkan kembali Kesultanan Palembang Darussalam yang telah hilang selama 182 tahun.

Untuk merealisasikan kelahiran kesultanan, dibentuklah Majelis Musyawarah Adat Palembang Darussalam. Tugasnya, menggali, melestarikan adat istiadat, tata krama, sopan santun di negeri Palembang Darussalam.

Untuk itu, dibutuhkan seorang figur yang dianggap pantas menjadi Sultan Palembang Darussalam.

”Jadi, sultannya memang hanya berhubungan dengan pelestarian adat istiadat, tata krama, dan sopan santun,” ujar Sultan Mahmud Badaruddin III Prabu Diraja, yang kemudian terpilih.


Dalam sebuah acara di Kesultanan Riau
Saat itu, mencari sosok dimaksud tidaklah mudah. Karena banyak yang merasa berhak menjadi pewaris dan menjadi Sultan Palembang Darussalam serta mengaku-ngaku zuriat dari sultan.

Agar mendapat sosok yang dianggap cukup tepat, Majelis Musyawarah yang telah terbentuk empat hari kemudia menetapkan beberapa persyaratan bagi calon sultan. Terdiri dari persyaratan pokok dan tambahan.

Persyaratan pokok yang disepakati pada 28 Februari 2003, beragama Islam, termasuk keluarganya. Berasal dari zuriat Sultan Palembang Darussalam dengan menunjukkan silsilah dan makam zuriatnya dengan jelas dan bersedia disumpah. Lalu, memiliki bukti amanah berupa benda-benda peninggalan dari Sultan Palembang Darussalam.

Sementara persyaratan tambahan ada delapan poin. Yakni, dikenal masyarakat Palembang dan kesultanan lainnya. Dapat menodorong semangat kesatuan danpersatuan masyarakat Palembang Darussalam. Peduli terhadap peniinggalan kesultanan. Tidak terlibat, baik langsung maupun tak langsung terhadap perusakan atau penjualan aset peninggalan Kesultanan Palembang Darussalam. Berani berkorban untuk kemajuan dankebanggaan zuriat Kesultanan Palembang Darussalam. Bertempat tinggal dan mengenal negeri Palembang. Berpendidikan tinggi, minimal SMA. Dan berpengalaman dalam berorganisasi.

Hasilnya, menurut Sultan Prabu Diraja, masuklah empat nama yang dianggap layak. Keempatnya, RHM Djohan Hanafiah bin Ali Bin Amin, Raden Muhammad Sjafei Diradja, Raden Rahman Zeth, dan RM Mansyur Yan.

Majelis yang ditugaskan kemudian meneliti, menilai dan memusyawarahkan. Hasilnya, mufakat pada 2 Maret 2003 berdasarkan SK Majelis Musyawarah Adat Palembang Darussalam No 001/12/1423 ditetapkan, Raden Muhammad Sjafei Diradja sebagai Sultan Palembang Darussalam dengan gelar Sultan Mahmud Badarudin III Prabu Diradja.

Sebagai sultan, Sjafei Diradja yang ssat itu bertugas di Polda Sumsel, memiliki stempel/cap dan Alquran tulis tangan milik Sri paduka Susuhunan Ratu Mahmud Badarddin.

Alumni Akabri Kepolisian angkatan 1974 ini kemudian menerima jabatannya sebagai sultan. Tugasnya sebagai sultan dilaksanakannya di sela-sela tugasnya sebagai Karo Binamitra Polda Sumsel.

”Memang sejalan sebenarnya tugas di kepolisian sebagai Binamitra dan sebaga sultan. Sehingga saya tak merasa kesulitan,” ujar suami dari Raden Dewi Muslihat ini.

Ayah dari Raden Ayu Ratih Rania Kerama Diradja, Raden Ayu Ratna Mutia Kerama Diradja, dan Raden Muhamad Fauwaz Diradja ini memang berusaha menjalankan amanat yang dipercayakan tersebut.

Ditanya apa motovasinya, atau apakah punya gaji sebagai sultan, dia menjawab bahwa motivasinya untuk melestarikan dan menjaga warisan leluhur. ”Soal gaji, kalau kita tulus dan ikhlas bekerja, pasti dapat imbalan. Saya dapat gaji lho,” ujarnya bergurau.

”Tapi gajinya dari Yang Maha Kuasa, ” sambung mantan Kapolsek 30708 Lima Kaum, Batusangkar ini. Beberapa jabatan pernah diemban purnawiwaran yang terakhir berpangkat Kombes ini. Diantaranya, Kapolsekta Coblong Bandung, Polda Jabar, Kaden PJR Satsabhara Pold Jabar, lalu Wakapolres Garut.

Setelah itu, berkarier di Polda Sumsel, mulai dari Sesdit Log, Kabid Telematika, Kabid Kum, dan terakhir Karo Bina Mitra.

Diakui Sultan yang kini menempati kediamannya di Jl Sultan M Mansyur No 776 Kel 32 ilir ini sebagai istana, sebagai sultan dia menyadari bahwa tak memiliki kekuasaan dan istana. Di ruang tamunya terlihat singgasana dan perlekapan keraton.

”Makanya, istananya ya di kediaman. Sebagai sultan juga tak punya waktu kerja. Pooknya 24 jam, ya harus siap. Terutama untuk kegiatan-kegiatan adat, seperti perkawinan, acara yang digelar guguk serta menobatkan dan memberi gelar kehormatan,” jelasnya.


Ketika masih aktif di kepolisian. Masih gagah...
Hasilnya setidaknya sudah ada tak kurang dari 400 guguk sudah dibentuk di berbagai wilayah. Guguk itu, perhimpunan warga Palembang yang tinggal di suatu daerah/tempat.

Selain itu, dia juga mengusulkan gambar Sultan Mahmud badaruddin II di mata uang RI dan tahun 2005 Bank Indonesia mnegeluarkan pecahan Rp 10.000 bergambar Sultan Mahmud Badaruddin II.

Lalu, dia pun menjadi Ketua Wilayah Forum Silaturahmi Keraton Nusantara Wilayah Sumsel. Menghadiri pelantikan sultan-sultan maupun raja-raja nusantara. Termasuk menghadiri Festival Keraton Nusantara di Tenggarong, Kutai Kertanegara dan Yogyakarta.

Sementara pemberian gelar kehoramatan, diantaranya kepada Jend TNI (Purn) Wiranto, Jenderal Polisi (Purn) Dai Bakhtiar, Ketua DPR RI Marzuki Ali, mantan Ketua DPR RI Agung Laksono, Wagub Sumsel Eddy Yusuf. Termasuk Walikota Palembang Eddy Santanaputra, Wawako Palembang H Romi Herton, dan Bupati OKU H Yulius Nawawi.

Saling Mendukung

Punya dua jabatan yang berbeda, sebagai anggota polisi dan sultan, bagi Prabu Diradja tidak lah menjadi persoalan. Hanya saja, memang terkadang untuk kegiatan-kegiatan tertentu dia harus izin dari kedinasan. ”Kalau diizinkan saya laksanakan. Terutama yang untuk ke luar daerah. Tapi selama bertugas dulu, biasanya diizinkan.,” jelas mantan anggota DPRD Sumsel ini.

Sementara untuk tugas di wilayah Sumsel, bisa digandengkan dengan tugasnya sebagai Bina Mitra. ”Kebetulan memang tugas saya di bidang urusan pembinaan masyarakat. Jadi bisa digandengkan,” kata alumnus SDN 23 Palembang, SMPN 1 Palembang, dan SMAN 2 Palembang ini.(sh/muhamad nasir)








Sisi Lain

Dualisme



Meski tanpa istana dan kekuasaan, terjadi dualisme dalam jabatan Sultan Palembang Darussalam. Yang pertama, versi Sjafei Diradja, yang dinobatkan di Mesjid Lawang Kidul oleh Majelis Musyawarah Adat Palembang Darussalam pada 3 Maret 2003.

Sultan Iskandar Mahmud Badaruddin dari Keraton Palembang Kamis (11/11)
memberikan pengarahan kepada para 400 laskar keraton Kesultanan Palembang
Darusalam yang akan turut menyukseskan Festival Keraton Nusantara (FKN) VII di
Palembang, 27-28 November mendatang.


Yang kedua, versi Sultan Iskandar Mahmud Badaruddin yang dinobatkan di Benteng Kuto Besak oleh Zuriat Kesultanan Palembang Darussalam pada 19 November 2006. Sultan kedua ini berlatarbelakang pengusaha dan aktivis pemuda. Dia kini menjadikan tempat tinggalnya di Jalan Torpedo Sekip ujung, sebagai keraton. Sebuah singgasana disiapkan di ruang tamunya.

Even berskala nasional digelar oleh Sultan Iskandar Mahmud Badaruddin. Yakni Festival Keraton Nusantara VII pada 26-28 November 2010. Sedikitnya 108 sultan dan raja dari nusantara maupun negeri tetangga dipastikan hadir.

Selama ini belum ada gesekan berarti terhadap keberadaan dua sultan ini. Tetapi ibarat pribahasa, tak ada dua nakhoda dalam satu kapal, diperlukan mempersatukan dua sultan ini.

”Karena kalau kedua biarkan saling mengungkapkan kebenaran terus menerus, pada akhirnya nanti akan terjadi sesuatu yang tak diinginkan. Jangan sampai jatuh korban baru pihak terkait turun tangan. Mereka paling tidak harus duduk satu meja,” ujar Edi Yulizar, seorang warga Palembang.

”Kami tidak mau nanti punya sultan yang saling cakar-cakaran,” tambahnya. (sh/muhamad nasir)

Rabu, 10 November 2010

Bantuan Sumsel untuk Merapi



Gubernur Sumsel H Alex Noerdin, Selasa (10/11) di Halaman Pemprov Sumsel melepas
secara Simbolis bantuan kemanusiaan untuk korban merapi di Yogya dan Jateng

Foto : Dok Humas Pemprov Sumsel/Untung

Tiang Penyangga Ampera Mulai Keropos


Bawah Jembatan Ampera kini sudah dipercantik. Selain dimanfaatkan untuk tempat bermain anak-anak, juga dipadati pedagang kaki lima. Sementara tiang penyangga menara kini sudah keropos. Aktivitas di bawah Jembatan Ampera Rabu (10/11)(foto: muhamad nasir)


Palembang, Sinar Harapan

Empat tiang penyangga menara Jembatan Ampera yang berada di bagian Ulu dan Ilir kini sudah mulai keropos.

Pemantauan di lapangan, hampir seluruh bagian tiang penyangga jembatan terlihat keropos. Bahkan, di beberapa bagian terdapat lubang yang menganga selebar 2–30 cm. Kaki-kaki penutup tiang yang menjadi lambang kebanggaan wong Palembang tersebut kini tidak lagi rapat dengan aspal dan trotoar karena sudah banyak terkelupas. Tidak hanya itu, ada juga pipa yang sudah pecah karena keropos yang berada di dalam tiang.

Jembatan Ampera memiliki dua menara. Masing-masing di bagian ulu dan ilir. Tiang menara inilah yang kini telah mulai keropos di bagian luarnya.

Kepala Satuan Kerja Nonvertikal Tertentu (SNVT) Preservasi Pembangunan Jalan dan Jembatan Metropolis Aidil Fiqri mengatakan, tiang penyangga yang keropos tersebut berada bagian luar tiang, yakni besi pelindung tiang utama.

Sementara, tiang penyangga utama kondisinya masih cukup baik. Namun, jika tidak segera diperbaiki, kerusakan di bagian luar tersebut dikhawatirkan akan merusak tiang utama. “Jika dibiarkan terus terbuka, bukan tidak mungkin tiang utama juga keropos karena terkena air dan panas. Agar tiang penyangga utama tetap dalam kondisi baik, kerusakan tersebut perlu dilakukan perbaikan dengan cepat,” ujar Aidil di Palembang Rabu (10/11). Untuk merawat tiang tersebut, dibutuhkan dana cukup besar.

Pengamat konstruksi Universitas Sriwijaya (Unsri) Palembang Dr Anis Saggaf mengatakan, terjadinya korosi pada pelindung tiang menara Jembatan Ampera tersebut memang tidak berbahaya. Akan tetapi, jika terus dibiarkan terbuka, akan membuat baja utama di dalamnya juga ikut mengalami korosi. Untuk itulah, pemerintah kiranya dapat segera melakukan perbaikan terhadap besi pelindung agar baja di dalamnya aman.

“Tiang utama menara Jembatan Ampera adalah baja. Baja ini sangat rentan terjadinya korosi jika terkena air hujan bercampur tanah. Untuk itulah, besi pengaman yang keropos kiranya dapat segera diperbaiki.Terlebih, yang dikhawatirkan banyak masyarakat yang membuang sampah dan air yang mengandung garam pada tiang tersebut sehingga membuat kerusakan makin cepat,” kata Pembantu Rektor (Purek) III Unsri ini. (sir)

Kamis, 04 November 2010

Tugboat Karam Dihantam Putting Beliung, 2 ABK Hilang

Palembang:
Tugboat United V karang di perairan Musi, Desa Sungsang Empat, Banyuasin, Sumsel, dua anak buah kapal (ABK) masih dalam pencarian.
Hingga Rabu (3/11) kedua ABK belum ditemukan. Sementara tugboat itu sendiri tenggelam pada Selasa (2/11) sekitar pukul 01.00 WIB.
Sementara enam ABK lainnya dan nakhoda kapal,Samsu, berhasil menyelamatkan diri. Korban yang dinyatakan hilang bernama Muslim (52), masinis kapal, dan Ambo Cek (23), juru mudi kapal. Keduanya warga Jambi.

Informasi yang berhasil dihimpun, sekitar pukul 01.00 WIB, kapal yang tidak bermuatan tersebut berangkat dari Kepulauan Riau menuju Perairan Mangsang Kabupaten Muba. Saat di perjalanan, kapal sempat dihantam angin puting beliung beberapa kali sehingga kapal sempat berputar arah dan oleng.

“Angin puting beliung hantam kapal kami beberapa kali dan kapal sempat oleng serta berputar arah. Karena kondisi kapal yang oleng, beberapa awak buah kapal berusaha berada di atas bagian kapal yang tertinggi. Saat kejadian diterpa angin, kapal belum tenggelam. Namun, beberapa saat jam kemudian, kapal tenggelam,”ujar Samsu.

Untung, dia bersama lima orang lain sempat berpegangan tali yang menggandengkan kapal dan ponton kapal yang berukuran cukup besar.“Semuanya kalut.Kami tak tahu harus bagaimana, hanya mengandalkan tali penghubung,” ujar Samsu.

Lalu,pagi hari sekitar pukul 07.00 WIB,dia bersama kelima orang lainnya diselamatkan nelayan Sungsang yang sedang mencari ikan. Setelah diselamatkan, mereka dibawa ke Syahbandar Dishub Banyuasin dan Pol air Sungsang.

Samsu berharap proses pencarian yang dilakukan Tim Sar dan Pol Airud Polda Sumsel segera dapat menemukan kedua temannya yang dinyatakan hilang.

Kepala Polair Sungsang Ipda M Simanjuntak mengungkapkan, proses pencarian telah dilakukan setelah mendapatkan laporan ditemukannya enam orang anak buah kapal tugboat United V yang diselamatkan nelayan Sunsang.

“Lalu bersama dengan 10 anggota Polair Polda Sumsel langsung menuju lokasi kejadian kapal tenggelam,” ungkap Simanjutak didampingi Kepala Syahbandar Dishub Banyuasin Kamal. Dalam proses pencarian, kapal tugboatberhasil ditemukan sekitar 500 meter dari radius lokasi.

Namun, kedua anak buah kapal belum ditemukan. “Proses pencarian akan dilanjutkan hari ini. Tadi upaya pencarian di permukaan dan menyelam sudah dilakukan. Arus air yang melebihi batas normal sangat menyulitkan upaya pencarian dengan penyelaman,” ungkapnya.

Kabid Humas Polda Sumsel AKBP Sabarudin Ginting SIK melalui Direktur Polair Polda Sumsel AKBP Omad saat dikonfirmasi menyatakan, saat ini Tim SAR masih di lokasi kejadian untuk melakukan pencarian terhadap korban yang hilang.

Tenggelamnya tugboat United V diakibatkan ombak dan angin kencang. ”Kapal tersebut tenggelam setelah diterpa angin puting beliung. Saat melintas di Perairan Sembilang, Kabupaten Banyuasin,kapal tersebut tenggelam,”Jelasnya. Sementara itu, Administrasi Pelabuhan (Adpel) Palembang menyatakan, jalur penyeberangan yang melintasi Selat Bangka saat ini masih aman.Berdasarkan hasil prediksi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), kawasan Selat Bangka akan terlindungi Pulau Bangka. (sir)

Rabu, 27 Oktober 2010

Penculikan Mantan Pacar Diungkap

Palembang:

Mantan pacar sendiri diculik. Tak tanggung-tanggung, uang tebusan yang diminta mencapai Rp 30 juta.

Aksi penculikan yang dilakukan Obbiem Prasityo (19), warga Desa Tebing Dayat RT 58/17,Kecamatan Betung,Banyuasin, terhadap mantan pacarnya,Ria Agustini (18),warga Dusun I No 7 RT 14 Desa Sungai Pinang,Kecamatan Rambutan,Banyuasin, itu berhasil digagalkan Satuan Reskrim Kepolisian Sektor (Polsek) Rambutan Banyuasin, Selasa (26/10) malam.

Kapolres Banyuasin Ajun Komisaris Besar Polisi (AKBP) Susilo RI melalui Kanit Reskrim Polsek Rambutan Bripka Edi Susanto mengungkapkan,aksi penculikan itu berhasil digagalkan setelah petugas mendapatkan laporan dari keluarga korban.

“Kami sempat memancing pelaku dan berhasil menyergapnya di Palembang. Saat ini penyidikan atas keduanya masih dilakukan,” ujar Edi seraya mengungkapkan, pelaku akan diancam hukuman maksimal 12 tahun penjara

Obbiem nekat menculik karena sakit hati sering ditagih utang oleh mantan pacarnya sebesar Rp1,3 juta. Aksi penculikan yang dilakukan Obbiem dimulai Selasa pagi sekitar pukul 08.00 WIB. Ketika itu, dia menyewa motor Smash BG 3065 JI. Lalu, dia memesan kamar di Hotel Belvena Km 9 Palembang. Setelah itu, Obbiem menghubungi mantan kekasih yang saat itu tengah berada di rumahnya di Sungai Pinang. Akhirnya, keduanya bertemu di salah satu rumah makan di Sungai Pinang,Rambutan.Karena dijanjikan akan membayar utang, korban akhirnya mau ikut pelaku ke Palembang.

“Aku suruh dia ikut aku ke Palembang, tapi jangan kasih tau keluargo dan tinggalke be HP. Aku rayu dio.Aku ngomong,aku kangen samo dio,” aku Obbiem di hadapan penyidik Polsek Rambutan kemarin.

Lalu,keduanya ke Hotel Belvena di Km 9 Palembang. Sekitar pukul 20.00 WIB, di dalam kamar hotel, pelaku melakukan aksi kekerasan terhadap korban. Bahkan,korban sempat dipaksa untuk melepaskan pakaian dan dipaksa bersetubuh dengan pelaku.“ Yo, sempet aku gampar di pipi kiri dan jambak rambutnyo. Aku lakban mulut,kaki dan tangannyo. Aku ngomong, aku sakit ati samo dio, karena nagih utang terus.Nah, sekarang kau dan keluargo kau rasoke, cak mano sakit hati itu,” ujar Obbiem yang merupakan anak kedua dari empat bersaudara itu.

Oleh pelaku, korban yang masih dilakban itu ketahuan membawa sebuah handphone.

“Aku tau itu bukan HP dio. Aku suruh dio hubungi keluargo dio dan minta duit tebusan Rp30 juta sebelum jam 12.00 malam ini. Dak tuh, kau kubunuh,” ungkap Obbiem.

Karena merasa korban berteletele saat menelepon, lalu Obbiem mengambil telepon dan berbicara langsung dengan keluarga korban. Namun, tidak mendapat tanggapan serius dari keluarga korban. Akan tetapi, setelah berkali-kali menelepon,akhirnya keluarga korban percaya bahwa Ria Agustini memang diculik.

Tak menunggu waktu,keluarga korban langsung membuat laporan di Mapolsek Rambutan.“Keluargonyo beralasan cuma dak katek duit. Tapi,setelah aku gertak berkali-kali, aku omongin mintak duit Rp30 juta kalo anaknyo nak aman, akhirnyo, aku janjike ketemuan dan tukar barangnyo di deket Dharma Agung (DA),”kata Obbiem.

Setelah diperoleh kesepakatan dan puas melampiaskan aksi kekerasan terhadap mantan pacarnya, pelaku dan korban ke luar dari hotel dan menuju tempat penukaran yang telah dijanjikan. Sementara itu, keluarga korban yang sudah menghubungi petugas Reskrim Polsek Rambutan juga langsung menuju lokasi.

Di perjalanan, antara pelaku dan korban kembali terlibat pertengkaran dan sempat saling kejar. Namun, karena mereka berada di daerah yang banyak penduduk, sehingga pelaku berulang kali memindahkan lokasi pertemuan. Namun,salah satu keluarga korban berhasil membujuk pelaku untuk bertemu di lokasi awal. Sesuai permintaan Obbiem, di salah satu halte Transmusi,keluarga korban telah meletakkan tas yang berisi potongan kertas koran, hanya untuk memancing pelaku.

Saat Obbiem memegang tas tersebut, petugas Polsek Rambutan yang mengintai, langsung menyergapnya. “Aku sempet dipakso lepaske baju, trus disuruh telpon ibuk aku. Padahal, aku dak bawa HP. Dio jugo sempet membenturkan kepalaku ke tempat tidur. Tapi, aku berhasil lepas,” beber Ria di hadapan penyidik. Ria mengaku mengenal pelaku saat dirinya masih menjadi pramuniaga di salah satu toko di Internasional Plaza (IP) sekitar lima bulan lalu.

Anak pertama dari empat bersaudara itu mengaku sempat meminjamkan uang sebesar Rp1,3 juta kepada pelaku yang saat itu sedang menjalin hubungan dengannya. “Yo, duit itu aku pinjemke saat kami pacaran.Wajar be kalo sudah putus,duitnyo aku mintak lagi.Ngapo, dio malah nak culik trus ngajak dak bener,”ungkapnya. (sir)

PRT Anak-anak Disiksa Majikan

Palembang:

Seorang pembantu rumah tangga yang masih berusia 10 tahun disiksa majikannya. Kondisi korban yang juga anak angkat majikannya penuh lebam dan bekas pukulan.

Korban, Novita Sari, diduga telah disiksa habis-habisan oleh majikannya Hermawati (40), dan Ahmad Kosim (45), termasuk anak majikannya Yoga (20).

Ironisnya, kendati kasus ini sudah pernah dilaporkan ke Polresta Palembang sejak dua bulan lalu, sampai sekarang sang majikan sekaligus orang tua angkat korban yang kejam itu, tidak ditahan polisi.

Sementara itu, Kasat Reskrim Polresta Palembang Komisaris Polisi (Kompol) Anisullah M Ridha saat dikonfirmasi mengatakan, bahwa laporan korban masih diproses oleh penyidik. ”Kasusnya masih diproses di Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA), dan saat ini penyidik masih dalam tahap melengkapi berkas untuk segera dilimpahkan ke kejaksaan,” jelasnya.

Menurut keterangan korban, saat dijumpai di rumah kerabatnya di Jalan Sultan Mansyur, Kelurahan 30 Ilir,Palembang, Rabu (27/10), penyiksaan terhadap dirinya terjadi Desember 2008 hingga akhir Juli 2010. Akibat penyiksaan itu, korban mengalami luka robek di kepala dan kening lantaran kepalanya dibenturkan sang majikan ke dinding.

Selain itu, seluruh badan korban luka lebam akibat dipukuli dengan rotan pemukul kasur dan batang jemuran yang terbuat dari aluminium.

Korban yang kemarin didampingi ibunya Sukatila (37), juga menceritakan, penyiksaan terhadap dirinya terjadi, sejak sang majikan kehilangan emas sebanyak 2 suku, pada Desember 2009 silam.

“Ibu Herma langsung menuduh saya yang mengambil.Bahkan,Ibu Herma, Bapak Kosim,dan anaknya Yoga memukuli saya dan memaksa saya untuk mengakui jika saya yang mencuri emas itu. Padahal saya tidak mencurinya.Tapi, kalau saya tidak mau mengaku saya bisa mati dipukuli,” papar korban.

Sejak kehilangan emas itulah, korban mengaku terus dipukuli dengan rotan untuk pembersih debu kasur, dan kepalanya dibenturkan ke dinding.

Oleh majikannya, korban juga sering diberi makan nasi basi,dan setiap malam disuruh memijat pelaku dari pukul 20.00 WIB sampai pukul 01.00 WIB. ”Saya harus bangun pukul 05,00 WIB, kemudian masak, nyuci, ngepel, menggosok pakaian. Janjinya saya akan diupah Rp100.000 perbulan, tapi sampai sekarang tidak dikasih,”katanya.

Karena tidak tahan lagi atas penyiksaan yang dialaminya,akhirnya dengan kondisi tubuh penuh lebam korban nekat melarikan diri dari rumah majikannya dan memilih tinggal bersama pamannya. Kasus ini sendiri sudah dilaporkan keluarga korban ke Polresta Palembang,pada awal September 2010 lalu.

Ibu kandung korban, Sukatila menambahkan, korban diambil oleh pelaku sejak berumur tujuh tahun.” Waktu saya masih tinggal di Palembang, dia datang ke rumah, katanya mau mengambil anak saya untuk dijadikan anak angkat. Sebenarnya saya tidak mau, tetapi anak saya sendiri yang mau ikut dengan dia, terpaksa saya serahkan. Dia bilang anak saya mau didik dan disekolahkan, waktu itu anak saya masih kelas 2 SD,” ujarnya. (sir)

Pemukulan Direktur Walhi Sumsel Dilaporkan ke Mabes Polri

Palembang:

Syamsul Bahri Radjam, anggota Tim Advokasi Walhi Sumsel, menyatakan telah melaporkan kasus pemukulan Direktur Eksekutif Walhi Sumsel ke Mabes Polri.

Sebelumnya, mereka telah mensomasi Gubernur Sumsel H Alex Noerdin untuk meminta maaf atas peristiwa yang terjadi pada saat peringatan Hari Agraria beberapa waktu lalu.

Namun hingga 3 x 24 jam, belum ada respon dari pihak Gubernur Sumsel. Hingga
mengaku belum mengetahui adanya permintaan maaf gubernur tersebut. Namun, jika memang disampaikan, permintaan tersebut telah lewat waktu yang mereka tentukan.

“Sebenarnya bukan persoalan minta maaf,karena sejauh ini kami belum dapat info menyangkut permintaan maaf Gubernur. Batas waktu 3 x 24 jam yang kita tentukan sudah lewat dua hari,”ujarnya.

Karena telah lewat batas waktu, pihaknya telah melaporkan peristiwa tersebut ke Mabes Polri.

Laporan tersebut disampaikan langsung korban pemukulan, Anwar Sadat, didampingi tim advokasi Walhi, di antaranya Nazori Doak Ahmad, Syamsul Bahri Radjam, Munarman,dan Khairul-syah.

“Somasi dilakukan oleh Walhi pusat sehingga sudah masuk ranah nasional.Tim melaporkannya ke Mabes Polri,” jelasnya Rabu (27/10).

Manajer Regional Sumatera- Jawa Walhi Mukri Priatna juga menyatakan,pihaknya belum mengetahui soal permintaan maaf Gubernur. Namun, pihaknya tetap berpedoman pada proses hukum yang sedang berjalan.

”Pada prinsipnya kami memang sudah berikan somasi. Namun tak ada respons 3 x 24 jam dan lebih dua hari. Kami anggap, tindakan yang dilakukan terhadap Direktur Walhi Sumsel merupakan unsur kesengajaan,”ucapnya.

Terpisah, Gubernur Sumatera Selatan (Sumsel) Alex Noerdin akhirnya menanggapi somasi yang disampaikan kelompok Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) kepada Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sumsel belum lama ini.
Alex atas nama Pemprov Sumsel menyatakan permintaan maaf terhadap kesalahpahaman yang terjadi. Alex mengaku peristiwa pada 27 September lalu tidak disengaja. Menurut dia, peristiwa itu terjadi spontan. ”Saya baru baca (surat somasi) dan sudah ditanggapi Sekretaris daerah (Sekda) Provinsi Sumsel. Kami sangat sesalkan kejadian seperti itu, yang tidak dikehendaki semua pihak. Saya menghargai Walhi yang menjaga kelestarian lingkungan hidup,” ujar Alex di Hotel Aryaduta, Palembang, Rabu kepada wartawan.
Alex menambahkan, selama ini Pemprov Sumsel selalu membuka diri kepada semua pihak. (sir)
.

Pasca Terbakar, Jembara Ampera Diperbaiki

Palembang:

Pascakebakaran di bawah Jembatan Ampera beberapa waktu Lalu, kini kerusakan bagian bawah Jembatan Ampera mulai diperbaiki.

Meski sempat dikhawatirkan akan roboh, pasca kebakaran hebat, pemerintah memastikan kondisi Jembatan Ampera masih sangat kokoh.

Dirjen Bintek Kementerian Pekerjaan Umum (PU), Purnomo mengatakan, dari hasil pe-elitian, saat ini kualitas beton Ampera hanya menurun sekitar 20 %. “Ampera masih kuat, jadi jangan khawatir akan ambruk. Karena hasil penelitian kami kualitas beton yang ada hanya turun 20%. Ini akan kami perbaiki, sehingga kekuatan Ampera akan lebih baik lagi,” jelas Purnomo saat dihubungi melalui ponselnya.



Meskipun begitu, untuk menjaga ketahanan jembatan, tetap harus dilakukan perbaikan pada bagian-bagian yang rusak. Perbaikan tersebut akan dilakukan mulai pekan ini,dengan memberi lapisan baja (steel bonding) atau serat fiber carbon pada bagian yang terbakar.

Kepala Satuan Non Vertikal Tertentu (SNVT) Jalan dan Jembatan Dinas PU Cipta Karya Sumsel, Aidil Fiqri mengatakan, kondisi jembatan Ampera masih bisa bertahan lama. Sebab, bantalan (bearing) yang menghubungkan antara rangka jembatan dan jalanan terbuat dari baja sehingga tidak mengalami pe-muaian.

Pemprov Sumsel menunjuk PT Hutama Buana Internusa untuk memperbaiki Landmark Kota Palembang ini. Untuk tahap awal, perbaikan dilakukan dengan mengelupasi plafon di bawah jembatan yang sudah mulai keropos. Selanjutnya, kontraktor menyuntik dinding dan plafon yang retak, dengan cairan khusus.

Pelaksana Lapangan PT Hutama Buana Internusa, Budianto mengatakan,proses injeksi tersebut lebih diprioritaskan di pangkal bawah jembatan hingga tiang kedua yang menjadi pusat titik terjadinya kebakaran beberapa waktu lalu. Proses ini diperkirakan akan memakan waktu sekitar satu bulan.

“Rentang plafon mulai pangkal bawah jembatan hingga tiang kedua itu sekitar 30 meter.
Di areal inilah, lapisan plafon yang mulai mengelupas akan kita lepaskan untuk diberikan injeksi cairan,” kata Budi di sela proses perbaikan, Selasa (26/10).

Karena plafon jembatan cukup tinggi, yakni sekitar tiga meter dari permukaan tanah, lanjut Budi, pihaknya terlebih dahulu akan memasang penyangga bagi para pekerja menggunakan batang besi. Besi ini kemudian dicor ke tanah hingga akhirnya berdiri menopang bagian bawah jembatan. “Jumlah besinya ada delapan buah.Pekerja bisa berdiri di besi-besi tersebut. Kami tetap mengutamakan keselamatan para pekerja,”paparnya. (sir)