Rabu, 27 Oktober 2010

Penculikan Mantan Pacar Diungkap

Palembang:

Mantan pacar sendiri diculik. Tak tanggung-tanggung, uang tebusan yang diminta mencapai Rp 30 juta.

Aksi penculikan yang dilakukan Obbiem Prasityo (19), warga Desa Tebing Dayat RT 58/17,Kecamatan Betung,Banyuasin, terhadap mantan pacarnya,Ria Agustini (18),warga Dusun I No 7 RT 14 Desa Sungai Pinang,Kecamatan Rambutan,Banyuasin, itu berhasil digagalkan Satuan Reskrim Kepolisian Sektor (Polsek) Rambutan Banyuasin, Selasa (26/10) malam.

Kapolres Banyuasin Ajun Komisaris Besar Polisi (AKBP) Susilo RI melalui Kanit Reskrim Polsek Rambutan Bripka Edi Susanto mengungkapkan,aksi penculikan itu berhasil digagalkan setelah petugas mendapatkan laporan dari keluarga korban.

“Kami sempat memancing pelaku dan berhasil menyergapnya di Palembang. Saat ini penyidikan atas keduanya masih dilakukan,” ujar Edi seraya mengungkapkan, pelaku akan diancam hukuman maksimal 12 tahun penjara

Obbiem nekat menculik karena sakit hati sering ditagih utang oleh mantan pacarnya sebesar Rp1,3 juta. Aksi penculikan yang dilakukan Obbiem dimulai Selasa pagi sekitar pukul 08.00 WIB. Ketika itu, dia menyewa motor Smash BG 3065 JI. Lalu, dia memesan kamar di Hotel Belvena Km 9 Palembang. Setelah itu, Obbiem menghubungi mantan kekasih yang saat itu tengah berada di rumahnya di Sungai Pinang. Akhirnya, keduanya bertemu di salah satu rumah makan di Sungai Pinang,Rambutan.Karena dijanjikan akan membayar utang, korban akhirnya mau ikut pelaku ke Palembang.

“Aku suruh dia ikut aku ke Palembang, tapi jangan kasih tau keluargo dan tinggalke be HP. Aku rayu dio.Aku ngomong,aku kangen samo dio,” aku Obbiem di hadapan penyidik Polsek Rambutan kemarin.

Lalu,keduanya ke Hotel Belvena di Km 9 Palembang. Sekitar pukul 20.00 WIB, di dalam kamar hotel, pelaku melakukan aksi kekerasan terhadap korban. Bahkan,korban sempat dipaksa untuk melepaskan pakaian dan dipaksa bersetubuh dengan pelaku.“ Yo, sempet aku gampar di pipi kiri dan jambak rambutnyo. Aku lakban mulut,kaki dan tangannyo. Aku ngomong, aku sakit ati samo dio, karena nagih utang terus.Nah, sekarang kau dan keluargo kau rasoke, cak mano sakit hati itu,” ujar Obbiem yang merupakan anak kedua dari empat bersaudara itu.

Oleh pelaku, korban yang masih dilakban itu ketahuan membawa sebuah handphone.

“Aku tau itu bukan HP dio. Aku suruh dio hubungi keluargo dio dan minta duit tebusan Rp30 juta sebelum jam 12.00 malam ini. Dak tuh, kau kubunuh,” ungkap Obbiem.

Karena merasa korban berteletele saat menelepon, lalu Obbiem mengambil telepon dan berbicara langsung dengan keluarga korban. Namun, tidak mendapat tanggapan serius dari keluarga korban. Akan tetapi, setelah berkali-kali menelepon,akhirnya keluarga korban percaya bahwa Ria Agustini memang diculik.

Tak menunggu waktu,keluarga korban langsung membuat laporan di Mapolsek Rambutan.“Keluargonyo beralasan cuma dak katek duit. Tapi,setelah aku gertak berkali-kali, aku omongin mintak duit Rp30 juta kalo anaknyo nak aman, akhirnyo, aku janjike ketemuan dan tukar barangnyo di deket Dharma Agung (DA),”kata Obbiem.

Setelah diperoleh kesepakatan dan puas melampiaskan aksi kekerasan terhadap mantan pacarnya, pelaku dan korban ke luar dari hotel dan menuju tempat penukaran yang telah dijanjikan. Sementara itu, keluarga korban yang sudah menghubungi petugas Reskrim Polsek Rambutan juga langsung menuju lokasi.

Di perjalanan, antara pelaku dan korban kembali terlibat pertengkaran dan sempat saling kejar. Namun, karena mereka berada di daerah yang banyak penduduk, sehingga pelaku berulang kali memindahkan lokasi pertemuan. Namun,salah satu keluarga korban berhasil membujuk pelaku untuk bertemu di lokasi awal. Sesuai permintaan Obbiem, di salah satu halte Transmusi,keluarga korban telah meletakkan tas yang berisi potongan kertas koran, hanya untuk memancing pelaku.

Saat Obbiem memegang tas tersebut, petugas Polsek Rambutan yang mengintai, langsung menyergapnya. “Aku sempet dipakso lepaske baju, trus disuruh telpon ibuk aku. Padahal, aku dak bawa HP. Dio jugo sempet membenturkan kepalaku ke tempat tidur. Tapi, aku berhasil lepas,” beber Ria di hadapan penyidik. Ria mengaku mengenal pelaku saat dirinya masih menjadi pramuniaga di salah satu toko di Internasional Plaza (IP) sekitar lima bulan lalu.

Anak pertama dari empat bersaudara itu mengaku sempat meminjamkan uang sebesar Rp1,3 juta kepada pelaku yang saat itu sedang menjalin hubungan dengannya. “Yo, duit itu aku pinjemke saat kami pacaran.Wajar be kalo sudah putus,duitnyo aku mintak lagi.Ngapo, dio malah nak culik trus ngajak dak bener,”ungkapnya. (sir)

PRT Anak-anak Disiksa Majikan

Palembang:

Seorang pembantu rumah tangga yang masih berusia 10 tahun disiksa majikannya. Kondisi korban yang juga anak angkat majikannya penuh lebam dan bekas pukulan.

Korban, Novita Sari, diduga telah disiksa habis-habisan oleh majikannya Hermawati (40), dan Ahmad Kosim (45), termasuk anak majikannya Yoga (20).

Ironisnya, kendati kasus ini sudah pernah dilaporkan ke Polresta Palembang sejak dua bulan lalu, sampai sekarang sang majikan sekaligus orang tua angkat korban yang kejam itu, tidak ditahan polisi.

Sementara itu, Kasat Reskrim Polresta Palembang Komisaris Polisi (Kompol) Anisullah M Ridha saat dikonfirmasi mengatakan, bahwa laporan korban masih diproses oleh penyidik. ”Kasusnya masih diproses di Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA), dan saat ini penyidik masih dalam tahap melengkapi berkas untuk segera dilimpahkan ke kejaksaan,” jelasnya.

Menurut keterangan korban, saat dijumpai di rumah kerabatnya di Jalan Sultan Mansyur, Kelurahan 30 Ilir,Palembang, Rabu (27/10), penyiksaan terhadap dirinya terjadi Desember 2008 hingga akhir Juli 2010. Akibat penyiksaan itu, korban mengalami luka robek di kepala dan kening lantaran kepalanya dibenturkan sang majikan ke dinding.

Selain itu, seluruh badan korban luka lebam akibat dipukuli dengan rotan pemukul kasur dan batang jemuran yang terbuat dari aluminium.

Korban yang kemarin didampingi ibunya Sukatila (37), juga menceritakan, penyiksaan terhadap dirinya terjadi, sejak sang majikan kehilangan emas sebanyak 2 suku, pada Desember 2009 silam.

“Ibu Herma langsung menuduh saya yang mengambil.Bahkan,Ibu Herma, Bapak Kosim,dan anaknya Yoga memukuli saya dan memaksa saya untuk mengakui jika saya yang mencuri emas itu. Padahal saya tidak mencurinya.Tapi, kalau saya tidak mau mengaku saya bisa mati dipukuli,” papar korban.

Sejak kehilangan emas itulah, korban mengaku terus dipukuli dengan rotan untuk pembersih debu kasur, dan kepalanya dibenturkan ke dinding.

Oleh majikannya, korban juga sering diberi makan nasi basi,dan setiap malam disuruh memijat pelaku dari pukul 20.00 WIB sampai pukul 01.00 WIB. ”Saya harus bangun pukul 05,00 WIB, kemudian masak, nyuci, ngepel, menggosok pakaian. Janjinya saya akan diupah Rp100.000 perbulan, tapi sampai sekarang tidak dikasih,”katanya.

Karena tidak tahan lagi atas penyiksaan yang dialaminya,akhirnya dengan kondisi tubuh penuh lebam korban nekat melarikan diri dari rumah majikannya dan memilih tinggal bersama pamannya. Kasus ini sendiri sudah dilaporkan keluarga korban ke Polresta Palembang,pada awal September 2010 lalu.

Ibu kandung korban, Sukatila menambahkan, korban diambil oleh pelaku sejak berumur tujuh tahun.” Waktu saya masih tinggal di Palembang, dia datang ke rumah, katanya mau mengambil anak saya untuk dijadikan anak angkat. Sebenarnya saya tidak mau, tetapi anak saya sendiri yang mau ikut dengan dia, terpaksa saya serahkan. Dia bilang anak saya mau didik dan disekolahkan, waktu itu anak saya masih kelas 2 SD,” ujarnya. (sir)

Pemukulan Direktur Walhi Sumsel Dilaporkan ke Mabes Polri

Palembang:

Syamsul Bahri Radjam, anggota Tim Advokasi Walhi Sumsel, menyatakan telah melaporkan kasus pemukulan Direktur Eksekutif Walhi Sumsel ke Mabes Polri.

Sebelumnya, mereka telah mensomasi Gubernur Sumsel H Alex Noerdin untuk meminta maaf atas peristiwa yang terjadi pada saat peringatan Hari Agraria beberapa waktu lalu.

Namun hingga 3 x 24 jam, belum ada respon dari pihak Gubernur Sumsel. Hingga
mengaku belum mengetahui adanya permintaan maaf gubernur tersebut. Namun, jika memang disampaikan, permintaan tersebut telah lewat waktu yang mereka tentukan.

“Sebenarnya bukan persoalan minta maaf,karena sejauh ini kami belum dapat info menyangkut permintaan maaf Gubernur. Batas waktu 3 x 24 jam yang kita tentukan sudah lewat dua hari,”ujarnya.

Karena telah lewat batas waktu, pihaknya telah melaporkan peristiwa tersebut ke Mabes Polri.

Laporan tersebut disampaikan langsung korban pemukulan, Anwar Sadat, didampingi tim advokasi Walhi, di antaranya Nazori Doak Ahmad, Syamsul Bahri Radjam, Munarman,dan Khairul-syah.

“Somasi dilakukan oleh Walhi pusat sehingga sudah masuk ranah nasional.Tim melaporkannya ke Mabes Polri,” jelasnya Rabu (27/10).

Manajer Regional Sumatera- Jawa Walhi Mukri Priatna juga menyatakan,pihaknya belum mengetahui soal permintaan maaf Gubernur. Namun, pihaknya tetap berpedoman pada proses hukum yang sedang berjalan.

”Pada prinsipnya kami memang sudah berikan somasi. Namun tak ada respons 3 x 24 jam dan lebih dua hari. Kami anggap, tindakan yang dilakukan terhadap Direktur Walhi Sumsel merupakan unsur kesengajaan,”ucapnya.

Terpisah, Gubernur Sumatera Selatan (Sumsel) Alex Noerdin akhirnya menanggapi somasi yang disampaikan kelompok Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) kepada Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sumsel belum lama ini.
Alex atas nama Pemprov Sumsel menyatakan permintaan maaf terhadap kesalahpahaman yang terjadi. Alex mengaku peristiwa pada 27 September lalu tidak disengaja. Menurut dia, peristiwa itu terjadi spontan. ”Saya baru baca (surat somasi) dan sudah ditanggapi Sekretaris daerah (Sekda) Provinsi Sumsel. Kami sangat sesalkan kejadian seperti itu, yang tidak dikehendaki semua pihak. Saya menghargai Walhi yang menjaga kelestarian lingkungan hidup,” ujar Alex di Hotel Aryaduta, Palembang, Rabu kepada wartawan.
Alex menambahkan, selama ini Pemprov Sumsel selalu membuka diri kepada semua pihak. (sir)
.

Pasca Terbakar, Jembara Ampera Diperbaiki

Palembang:

Pascakebakaran di bawah Jembatan Ampera beberapa waktu Lalu, kini kerusakan bagian bawah Jembatan Ampera mulai diperbaiki.

Meski sempat dikhawatirkan akan roboh, pasca kebakaran hebat, pemerintah memastikan kondisi Jembatan Ampera masih sangat kokoh.

Dirjen Bintek Kementerian Pekerjaan Umum (PU), Purnomo mengatakan, dari hasil pe-elitian, saat ini kualitas beton Ampera hanya menurun sekitar 20 %. “Ampera masih kuat, jadi jangan khawatir akan ambruk. Karena hasil penelitian kami kualitas beton yang ada hanya turun 20%. Ini akan kami perbaiki, sehingga kekuatan Ampera akan lebih baik lagi,” jelas Purnomo saat dihubungi melalui ponselnya.



Meskipun begitu, untuk menjaga ketahanan jembatan, tetap harus dilakukan perbaikan pada bagian-bagian yang rusak. Perbaikan tersebut akan dilakukan mulai pekan ini,dengan memberi lapisan baja (steel bonding) atau serat fiber carbon pada bagian yang terbakar.

Kepala Satuan Non Vertikal Tertentu (SNVT) Jalan dan Jembatan Dinas PU Cipta Karya Sumsel, Aidil Fiqri mengatakan, kondisi jembatan Ampera masih bisa bertahan lama. Sebab, bantalan (bearing) yang menghubungkan antara rangka jembatan dan jalanan terbuat dari baja sehingga tidak mengalami pe-muaian.

Pemprov Sumsel menunjuk PT Hutama Buana Internusa untuk memperbaiki Landmark Kota Palembang ini. Untuk tahap awal, perbaikan dilakukan dengan mengelupasi plafon di bawah jembatan yang sudah mulai keropos. Selanjutnya, kontraktor menyuntik dinding dan plafon yang retak, dengan cairan khusus.

Pelaksana Lapangan PT Hutama Buana Internusa, Budianto mengatakan,proses injeksi tersebut lebih diprioritaskan di pangkal bawah jembatan hingga tiang kedua yang menjadi pusat titik terjadinya kebakaran beberapa waktu lalu. Proses ini diperkirakan akan memakan waktu sekitar satu bulan.

“Rentang plafon mulai pangkal bawah jembatan hingga tiang kedua itu sekitar 30 meter.
Di areal inilah, lapisan plafon yang mulai mengelupas akan kita lepaskan untuk diberikan injeksi cairan,” kata Budi di sela proses perbaikan, Selasa (26/10).

Karena plafon jembatan cukup tinggi, yakni sekitar tiga meter dari permukaan tanah, lanjut Budi, pihaknya terlebih dahulu akan memasang penyangga bagi para pekerja menggunakan batang besi. Besi ini kemudian dicor ke tanah hingga akhirnya berdiri menopang bagian bawah jembatan. “Jumlah besinya ada delapan buah.Pekerja bisa berdiri di besi-besi tersebut. Kami tetap mengutamakan keselamatan para pekerja,”paparnya. (sir)