Rabu, 25 Februari 2009

Karakter Wong Palembang

Karakter dan Ikan

Oleh Yudie Syarofi



RIVERINE Culture masyarakat Palembang sangat kental. Selain toponim yang berhubungan dengan sungai (dan air), juga penggambaran karakter atau julukannya, sering dihubungkan dengan segala sesuatu yang berbau air. Salah satunya, sifat dan karakter manusia, yang dihubungkan dengan ikan.
• Bungkuk belido
Ini untuk menggambarkan orang yang tinggi libidonya. Ada kepercayaan, orang yang bentuk fisiknya bungkuk serupa belido (Notopterus chitala), punya hasrat seks yang tinggi. Sementara “bungkuk udang” dijuluki bungkuk udang.
• Rasan juaro.
Ini dipakai untuk menjuluki orang yang selalu punya rasan atau kehendak yang tidak benar. Penghubungan ini sesuai dengan sifat ikan juaro (Pangasius polyuranodon), yang biasa hidup bergerombol, lalu berebut cepat saat ada sesuatu yang jatuh ke air. Sori, dak lemak nyebutnyo.
• Kelakar Betok
Ini dipakai untuk menggambarkan pembicaraan yang sangat seru, tetapi tidak menghasilkan apa-apa. Ikan betok (Anabas testudineus) dikenal sebagai ikan yang hidup berkelompok di satu lubuk. Apabila pemancing mendapatkan satu ekor betok, dipastikan dia akan mendapatkan “cs” si betok itu lebih banyak. Sifat betok yang cepat menyambar umpan juga dipakai untuk menggambarkan orang yang cerdas. Tak heran, di beberapa daerah di luar Kota Palembang, ada orang yang mendapat aranan atau nama julukan Mat Betok.
• Pecak sepat, metu denget, tau-tau mingsep
Artinya, “Seperti sepat, muncul sebentar, tahu-tahu menghilang (dengan cepat)”. Ini sesuai dengan sifat sepat (Trichogaster trichopterus), yang pada waktu tertentu (terutama saat matahari terik) muncul di permukaan untuk mengambil oksigen, dan secara tiba-tiba menghilang, begitu dilihat orang.
• Pencak seluang, dah keno baru buang
Karmina (pantun kilat) ini berarti, ‘(ibarat) pencak seluang, sudah kena, baru mengelak”. Ini untuk menggambarkan orang-orang yang telmi (tahu kan, telmi?).
• Gaji Toman
Ini untuk menggambarkan orang yang berpenghasilan besar. Soalnya, ikan toman (Channa micropletes) dikenal sebagai ikan yang bergajih (berlemak) sangat banyak.
Ini sekadar tulisan untuk berbagi dengan Bang Zanial, bukan koreksi. Perlu jadi catatan, makian yang dimaksud Bang Zanial adalah makian “orang di Palembang”, bukan “orang Palembang”. Saya berani katakan, makian ini muncul setelah terjadi interaksi dan asimilasi yang panjang antara wong Plembang dengan beragam etnis. Sesungguhnya, orang Palembang tidak biasa berbicara kasar. Semua disampaikan dalam bentuk simbol, sindiran, pepatah, dan pantun. Hal ini terkait dengan semon Palembang, seperti yang sering diungkap lewat pemeo, “Bujuk Melayu, tipu Siak, semon Plembang”. Arti kata semon, dalam istilah anak muda adalah “malu-malu tapi mau”.
Payu, kulo ayun bekelap sami sanak dulur. Diaturi cerios.
http://www.facebook.com/note.php?note_id=53051958110&ref=nf#/notes.php?id=1598876628

Pengemudi Ketek Ditemukan Meninggal




Keluarga korban histeris mengetahui kondisi serang ketek ditemukan meninggal dunia.



Serang Ketek Ditemukan Meninggal


Palembang:

Pengemudi (serang) perahu ketek atau Kapal Motor (KM) Larahati yang hilang, saat tenggelam di perairan Sungai Musi, Senin (23/2) pagi lalu, akhirnya Kamis (25/2) ditemukan dalam kondisi tak bernyawa..


Korban yang hilang selama tiga hari ini diketahui bernama Kadir (29), warga Desa Pulau Borang, Dusun Sungai Batang, Kecamatan Banyuasin I.

Menurut Direktur DitPolair PoldaSumatera Selatan( Sumsel) AKBP Prasetyo melalui Kasubdit Bin Ops Polair AKP Zahrul Bawadi, korban ditemukan di selat Ajaran,Desa Umpang, Kecamatan Banyuasin, Kabupaten Banyuasin,sekitar pukul 18.30 WIB.

Lokasi ditemukannya korban berjarak sekitar 10 mil dari karamnya KM Larahati,atau tepatnya di Dermaga I tak jauh dari PT Pertamina Unit Pemasaran (UPMS) III Plaju.


“Setelah Pencarian sejak hari Senin lalu atau hilangnya korban,akhirnya tim SAR kita tadi sore (kemarin-Red)) sekitar pukul 18.30 menemukan korban yang dalam keadaan meninggal,” katanya.

“Setelah kita mendapatkan informasi dari masyarakat perairan yang menemukan korban, kita langsung bergerak dan setelah ditemukan kondisi korban sudah membusuk,”sambungnya.

Setelah berhasil dievakuasi tim SAR Polair Polda Sumsel, mayat korban langsung dibawa kekamar mayat Rumah Sakit Mohammad Hoesin (RSMH) guna diautopsi lebih lanjut.

Keluarga korban yang mendapatkan informasi ditemukannya korban Kadir, Taman, pada pukul 19.00 WIB malam tadi, membenarkan bahwa mayat tersebut adalah benar keluarganya yang bernama Kadir.

“Itu memang benar(Kadir) keluarga kami, semua ciri-cirinya sama,”ucapnya singkat. Menurut penuturan Taman, sebenarnya korban (Kadir) belum terlalu biasa membawa ketek dalam menempuh perjalanan jarak jauh. Karena, sehari-hari pekerjaan korban biasa bertani. “Mungkin dia panik atau grogi, jadi tidak tahu apa lagi yang harus dilakukan,” tukasnya.

Seperti diberitakan sebelumnya, KM Larahati tenggelam di perairan Sungai Musi, hari Senin lalu sekitar 08.25 WIB.

Sebanyak 7 penumpang selamat dan 1 hilang dalam musibah ini. Kapal jenis perahu ketek ini menyusuri Sungai Musi dari Desa Menten Kecamatan Rambutan,Kabupaten Banyuasin menuju Desa Pulau Borang, Dusun Sungai Batang,Kecamatan Banyuasin I. Kapal yang berangkat sekitar pukul 06.00 WIB itu diduga tenggelam karena hantaman ombak sebuah kapal motor cepat jenis Jet Foil.

Ketujuh penumpang yang selamat, yakni: Santi (16), Munawati (19), Ratna Dewi (15), Nurapni (24), Gani (32), Agus Tomi (20); dan Yudistira (18). Salah seorang korban selamat, Ratna Dewi mengungkapkan, kejadian begitu cepat.Saat itu, kebanyakan penumpang sedang tidur.

“Aku sudah terbangun saat kapal kami terkena ombak besar kapal cepat dan saat itu lambung perahu depan nyungsep masuk ke dalam air sehingga seluruh orang terlempar,” katanya. Dia bercerita, pasca terlempar dan tenggelam dirinya berupaya berenang dan mendapatkan serpihan kayu kapal dan hampir sekitar setengah jam terapung di Perairan Sungai Musi, hingga diselamatkan sebuah speedboat.

Korban lainnya, Nurapni mengaku, dirinya bersama empat orang perempuan lainnya saat tenggelam berupaya berenang hingga berhasil menemukan serpihan kapal dan terapung-apung menunggu pertolongan.“Aku dak tahu Pak saat itu karena kejadiannya cepat dan aku hanya berharap selamat saat terapung itu,”ungkapnya.

Ibu kandung korban Kadir, Mah Ida (40), tidak bisa diwawancarai karena histeris dan menjerit mengetahui anaknya belum ditemukan. “Tuhan ambil bae nyawo aku jangan anak aku,” sebutnya berkali-kali histeris. (sir)

Pasar Sekanak Palembang




Sumber: KITLV
Pasar Sekanak Tahun 1915.







Pasar Sekanak




Pembanggunan Pasar Sekanak, awalnya didahului oleh keinginan Pemerintah Kolonial Belanda untuk “menyeragamkan” sistem sosial dan ekonomi di daerah jajahan. Meskipun “mengakui” keberadaan pasar terapung di Sungai Musi dan “pasar-pasar” rakyat yang umumnya berada di muara dan sepanjang tepian anak Sungai Musi, Belanda memandang perlu adanya pasar di daratan. Karenanya, setelah menduduki Palembang pada tahun 1821, Belanda pun merencanakan pembangunan pasar umum, yang semua aktivitasnya terkonsentrasi di daratan. Hal ini dituliskan J.L. van Sevenhoven, advokat fiskal dari Batavia yang diangkat sebagai Komisaris Belanda di Palembang pada tahun 1822, sebagai berikut,
Di ibu kota Palembang yang besar, tidak ada pasar umum. Di sudut-sudut anak sungai dan sungai-sungai kecil, dijual makanan. Dengan perahu-perahu kecil, juga barang-barang lain dibawa keliling dan dijajakan. Sekarang, ada sebuah pasar yang besar yang diadakan oleh Pemerintah Belanda. Tiap hari, berjejal-jelallah di sini para penjual dan pembeli. Dan tidak lama kemudian, pasar ini akan menjadi tempat orang-orang dari pedalaman akan datang dengan rakit-rakitnya dan dengan bebas menjual barang-barangnya.
Baru pada awal abad ke-20, muncul pasar tumbuh di kawasan 16 Ilir. Semula, kawasan di sepanjang tepian –arah ke hilir Sungai Musi—Sungai Kapuran ini sebagai kawasan perkantoran dan pertokoan. Namun, pemerintah kolonial memberi kesempatan kepada rakyat Palembang dan sekitarnya untuk menggelar dagangan di kawasan dekat muara Sungai Rendang untuk berdagang cungkukan atau hamparan, semacam pedagang kaki lima saat ini. Syaratnya, barang dagangan yang digelar pagi hari, dibongkar pada sore harinya. Pasar tumbuh ini di-“permanen”-kan sekitar tahun 1918.


http://www.facebook.com/home.php?#/note.php?note_id=52807043110&ref=nf

Pasar 16 Ilir Palembang













Sumber: KITLV
Kawasan Tengkuruk tahun 1935, setelah penimbunan.


Pasar 16 Ilir



Belanda Saja Memberi Tempat
PENGGUSURAN pedagang kaki lima di kawasan eks-Pasar 16 Ilir saat ini sungguh miris. Dalam sejarahnya, Belanda (sebagai penjajah) sangat disiplin dalam penataan ruang. Namun, mereka masih memberikan kesempatan kepada rakyat di tanah jajahan untuk mencari nafkah. Hanya, polanya yang diatur. Lebih rapi, bersih, aman, dan nyaman.
***
SEBELUM "campur tangan" Kolonial Belanda terhadap alam di Palembang, sebelum abad ke-20, kawasan Pasar 16 Ilir (saat ini) dahulunya merupakan pemukiman tepian sungai. Di kawasan itu, terdapat Sungai Tengkuruk, yang merupakan salah satu anak Sungai Musi, yang salah satu bagiannya bertemu dengan Sungai Kapuran. Sementara Sungai Kapuran, bertemu pula dengan Sungai Sekanak (Peta Situasi Peperangan Palembang-Belanda; Sejarah Perjuangan Sri Sultan Mahmoed Baderedin Ke II; R.H.M. Akib; 1980).
Sebagaimana sifat orang Melayu Palembang, kawasan tepian sungai --terutama Sungai Musi-- merupakan lokasi "favorit" untuk pemukiman. Pilihan ini juga merupakan "pilihan cerdas" mengingat saat itu jalur transportasi adalah air. Perahu-perahu yang berasal dari pedalaman (hulu) dengan tujuan utama berdagang, menjadikan Sungai Tengkuruk sebagai tempat singgah. Hingga sekitar tahun 1910, Sungai Tengkuruk masih "normal".
Di atas sungai itu, terdapat jembatan dan tangga-tangga yang menghubungkannya dengan daratan. Jika dilihat dari arah pertigaan Jl. Masjid Lama (saat ini), di sepanjang tepian sungai sebelah kiri, berjajar pertokoan. Sedangkan di bagian kanan, tampak rumah-rumah panggung.
Di bagian lain sungai itu, tampaklah tangga raja (hingga kini masih dinamakan demikian meskipun sudah tak ada lagi sungai dan tangganya). Tangga ini berfungsi sebagai tempat naik turunnya para pembesar Kesultanan Palembang Darussalam.
Seperti lazimnya perkembangan pasar saat ini, perdagangan di Pasar 16 Ilir berawal dari "pasar tumbuh", yang terletak di tepian Sungai Musi (sekarang Gedung Pasar 16 Ilir Baru hingga Sungai Rendang, Jl. Kebumen). Pola perdagangan di lokasi itu, setidaknya hingga awal 1900-an, dimulai dari berkumpulnya pedagang cungkukan (hamparan), yang kemudian berkembang dengan pembangunan petak permanen.
Untuk kawasan Pasar Baru (hingga kini masih bernama Jl. Pasar Baru), yang saat itu sudah berderet bangunan bertingkat dua, yang bagian bawahnya menjadi tempat berjualan. Los-los mulai dibangun sekitar tahun 1918 dan dipermanenkan sekitar tahun 1939.







Sumber: KITLV
Kawasan Tengkuruk tahun 1935, setelah penimbunan.




Sementara itu, muara Sungai Rendang, menjadi salah satu "dermaga" pilihan perahu kajang (perahu beratap) berlabuh. Perahu, yang sekaligus menjadi tempat tinggal, ini membawa hasil bumi dari daerah di hulu Sungai Musi untuk diperdagangkan di Pasar 16 Ilir. Ini terjadi setelah pengembangan ekonomi dan kawasan, didahului pembangunan Pasar Sekanak yang masa itu disebut sebagai Pasar Ikan, tidak lama setelah penguasaan Belanda atas Palembang, tahun 1821.

Pusat Ekonomi
SEKIRANYA tidak terjadi perang Palembang-VOC pada tahun 1658 dan 1659, barangkali "pusat kota" Palembang bukan di 16 Ilir dan sekitarnya. Setelah Keraton Palembang dibakar habis oleh VOC pada 1659, penguasa Palembang kala itu --Sido Ing Rajek—menyingkir ke Inderalaya.
Adik Sido Ing Rajek, Ki Mas Hindi Ario Kesumo Abdurrohim (Candiwalang), kemudian berkuasa setelah terjadi kekosongan pemerintahan akibat Sido Ing Rejek menolak kembali ke Palembang. Selanjutnya, Candiwalang memindahkan pusat pemerintahan ke kawasan Beringin Janggut (saat ini), membangun Kuto Cerancang atau Kuto Tengkuruk. Dia pun menjadi Sultan pertama setelah melepaskan "ikatan' ideologis dengan Mataram. Sultan pertama Kesultanan Palembang Darussalam ini bergelar Sultan Abdurrahman Khalifatul Mukminin Sayidul Iman.
Pada masa inilah, didirikan masjid, semacam alun-alun sebagai tempat beristirahat (kini Jl. Beringin Janggut), segara (kolam) di kawasan yang sekarang masih memakai nama-nama itu sebagai nama jalan. Misalnya, nama Beringin Janggut, diyakini sebagai bagian taman tempat tumbuhnya pohon beringin, yang karena tuanya sampai ber-"janggut" (akar gantung). Jalan Segaran diyakini merupakan bagian kolam (?) atau tempat orang beristirahat sehingga menjadi segar. Dan Jl. Masjid Lama, adalah lokasi berdirinya masjid sebelum Masjid Sulton (sekarang, Masjid Agung Palembang) dodirikan Sultan Mahmud Badaruddin I Jayo Wikramo.
Kotapraja (Gemeente) –kemudian dilafazkan lidah Palembang sebagai Haminte-- melakukan beberapa kebijakan pembangunan. Dibangunlah semacam taman di Talangsemut, pusat perdagangan di 16 Ilir, pelabuhan di Sungai Rendang, serta pusat perkantoran di sekitar Benteng dan Tengkuruk. Kebijakan ini termasuk rencana pembuatan boulevard atau bulevar. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, bulevar berarti jalan raya, yang biasanya ditanam pepohonan di kiri dan kanannya.
Untuk merealisasikan itu, Sungai Tengkuruk ditimbun pada tahun 1928. Di atasnya, dibangunlah jalan dalam dua jalur. Di bagian kiri --jika dilihat dari arah Sungai Musi, tampaklah jajaran pohon dan kanannya, bangunan dua tingkat, yang merupakan perkantoran. Bentuk serupa ini dapat disebut bulevar.


http://www.facebook.com/home.php?#/note.php?note_id=53051958110&ref=nf

Telkomsel, 1,9 Juta/Bulan









Tumbuh Fantastis: Direktur Utama Telkomsel Sarwoto Atmosutarno saat menjelaskan tentang pertumbuhan pelanggan Telkomsel yang mencapai 1,9 juta perbulan, sehingga per Januari 2009 dipercaya melayani 67,2 juta pelanggan atau sekitar 50% pengguna ponsel di Indonesia. Di akhir tahun 2008 pelanggan Telkomsel mencapai 65,3 juta dengan pertumbuhan pelanggan 17,4 juta atau meningkat 42 persen dibanding pertumbuhan pelanggan tahun 2007 yang hanya 12,3 juta.

Strategi Telkomsel: Direktur Utama Telkomsel Sarwoto Atmosutarno didampingi GM Corporate Communications Azis Fuedi saat menerangkan konsep G = 3L + 3Y. Dalam rangka menghadapi persaingan di industri selular yang semakin kompetitif, Telkomsel menerapkan konsep strategi G = 3L + 3Y, di mana fokusnya antara lain pada komunitas hingga titik terkecil (Community), memperkuat sinergi parent companies (Synergy), dan peningkatan kualitas pelayanan (Quality) bagi pelanggan yang saat ini berjumlah 69 juta.





Pelanggan Telkomsel Bertambah 1,9 juta Sebulan

Jakarta:

Tingginya kepercayaan pengguna selular terhadap kualitas layanan Telkomsel tergambar dari angka pertumbuhan pelanggan yang sangat fantastis yakni 1,9 juta pelanggan baru hanya dalam waktu 1 bulan di Januari 2009.

Dengan penambahan 1,9 juta ini, per Januari 2009 Telkomsel dipercaya melayani 67,2 juta pelanggan atau sekitar 50% pengguna ponsel di Indonesia. Dari jumlah tersebut, kartu prabayar simPATI memberikan kontrubusi tertinggi yakni 45 juta pelanggan disusul Kartu As 20,3 juta dan kartuHALO paskabayar 1,9 juta pelanggan.

Di akhir tahun 2008 pelanggan Telkomsel mencapai 65,3 juta dengan pertumbuhan pelanggan 17,4 juta atau meningkat 42 persen dibanding pertumbuhan pelanggan tahun 2007 yang hanya 12,3 juta.

Direktur Utama Telkomsel, Sarwoto Atmosutarno mengatakan, “Tingginya kepercayaan masyarakat yang mempercayakan urusan komunikasi selularnya kepada Telkomsel merupakan kebanggaan yang tak ternilai. Namun hal ini tidak lantas membuat kami berpuas diri karena tanggung jawabnya makin besar untuk memberikan yang terbaik kepada pelanggan.”

Seiring dengan tingginya pertumbuhan pelanggan dan penurunan tarif di tahun 2008, trafik komunikasi pelanggan atau sering disebut Minute of Usage (MoU) Telkomsel meningkat 257 persen menjadi 90,2 miliar menit dari sebelumnya 25,2 miliar menit di tahun 2007.

Berdasarkan laporan Deutche Bank terbaru yang dikutip Depkominfo, saat ini tarif telepon selular di Indonesia merupakan yang paling murah di Asia yakni US$ 0,015 per menit. Dengan kondisi dimana seluruh operator telah memberlakukan tarif yang sangat murah dan relatif sama, tentunya menjadikan kompetisi di tahun 2009 akan mengedepankan kualitas layanan yang berfokus pada peningkatan kapasitas dan kualitas network serta pelayanan pelanggan (customer service) .

“Sebagai Service Leader, kami selalu berupaya memberikan yang terbaik bagi pelanggan dengan memenuhi 5 parameter pokok kebutuhan pengguna ponsel yakni : jaringan yang luas, network berkualitas, inovasi produk, mutu pelayanan pelanggan, dan tarif yang semakin terjangkau,” ungkap Sarwoto.

Untuk terus meningkatkan mutu layanan di tahun 2009, Telkomsel menginvestasikan US$ 1,5 miliar untuk memperluas coverage, peningkatan kapasitas dan kualitas jaringan, serta new business (mobile wallet, mobile broadband and content).

Dari sisi jaringan, sepanjang tahun 2008 Telkomsel telah membangun sekitar 6.000 BTS (Base Transceiver Station) sehingga kini berjumlah sekitar 27.000 BTS yang menjangkau lebih dari 95 persen wilayah populasi Indonesia. Dengan program USO yang dipercayakan pemerintah, maka layanan Telkomsel bisa menjangkau hampir 100 persen wilayah populasi Indonesia, dimana pada program USO ini akan menjangkau 24.051 desa.

”Program USO merupakan wujud nyata bahwa Telkomsel terus berupaya meningkatkan layanan hingga pelosok tanpa pilih-pilih, bukan motivasi bisnis semata. Kami ingin terus menghadirkan manfaat bagi seluruh masyarakat Indonesia, secepat mungkin seluruh wilayah Indonesia terbebas dari keterisoliran komunikasi. Negara Kesatuan Republik Indonesia yang memiliki luas 1,9 juta km persegi dengan dengan panjang 1/8 bentangan dunia, benar-benar terajut indah dengan adanya jaringan komunikasi,” ungkap Sarwoto.

Angka penetrasi selular di Indonesia masih sekitar 60% dari 240 juta penduduk. Dari perkiraan pertumbuhan pelanggan baru di tahun 2009 sekitar 20-30 juta, Telkomsel menargetkan bisa melayani 50%-nya dari jumlah tersebut atau sekitar 10-15 juta pelanggan baru. Tahun 2009 pertumbuhan pelanggan diperkirakan masih akan didominasi pelanggan di luar Jawa untuk kategori new customer dimana pemenuhan high growth dengan pembangunan BTS baru dan program USO. Di Jawa masih akan tumbuh, tetapi tidak sebesar di luar pulau Jawa dimana kebutuhan layanan selular di Jawa cenderung ke arah fitur dan layanan.

Telkomsel memandang bahwa pada dasarnya jaringan yang luas dengan core network yang senantiasa dipersiapkan untuk mendukung implementasi teknologi terkini, merupakan hal utama dalam melayani masyarakat selular Indonesia. Oleh karenanya jaringan Telkomsel dilengkapi dengan ragam berteknologi seperti GPRS (Global Packet Radio Service), EDGE (Enhanced Data rate GSM Evolution), 3G WCDMA (Wideband Code Division Multiple Access) dan HSDPA (High Speed Downlink Packet Access).

Dengan mengimplentasikan teknologi terkini yang handal memungkinkan layanan Telkomsel menghadirkan keunggulan kompetitif melalui berbagai inovasi fitur nilai tambah (Value Added Services) seperti : Mobile Wallet T-Cash, Remittance (Transfer Uang di Luar Negeri), Mobile Broadband, Push email, Blackberry, Video Surveillance, Mobile Banking, dan m-Music. (sir/rel)

Minggu, 22 Februari 2009

Perahu Ketek Tenggelam di Musi

Perahu Ketek Tenggelam, Serangnya Belum Ditemukan


Palembang:

Sebuah perahu ketek (perahu kayu) tenggelam di Sungai Musi Senin pagi (23/2) sekitar pukul 08.00 WIB. Delapan penumpangnya sempat tenggelam namun berhasil diselamatkan. Hanya serang (sopir) yang belum ditemukan.

Direktur Kepolisian Perairan (Dirpolair) Polda Sumsel AKBP Raden Prasetyo mengungkapkan bahwa tenggelamnya perahu itu berawal dari lewatnya jet foil Sumber Bangka 6 dari arah berlawanan. Lokasi kejadian di seputaran Sungai Rebo, Palembang.

Mestinya, menghindari gelombang kapal serang, perahu tidak boleh melawan ombak tersebut. Sebelumnya telah diperingati bahwa perahu itu jangan melawan ombak.
”Namun, agaknya dia tidak mendengar. Akibatnya, perahun itupun terseret ombak sebelum akhirnya tenggelam,” jelasnya.

Penumpang ketek pun terlempar ke sungai. Beruntung, petugas Polair sedang patroli. Penumpang itu pun diselamatkan dan dibawa ke Markas Polairud. Penumpang itu, lima wanita dan 3 pria (termasuk serang).

Kini petugas dibantu masyarakat masih melakukan pencarian serang yang tenggelam. Sementara perahu ketek itu sendiri sudah diamankan.

Para penumpang yang diselamatkan, karena kondisinya lemah segera dilarikan ke Rumah Sakit Bayangkara. (sir)

Rabu, 18 Februari 2009

Biarawan Tewas





Sungai Maut

Korban tiba di RS Charitas

Inilah RS Charitas itu

Kecelakaan Maut, Delapan Biarawati Fransiscanes Tewas Mengenaskan

Palembang:

Bermaksud melayat orang tua rekan meninggal, delapan biarawati Charitas Palembang meninggal dalam kecelakaan maut Rabu pagi (18/2). Termasuk sopir, korban tewas berjumlah sembilan orang. Hanya satu, biarawati yang selamat namun dalam kondisi kritis.
Peristiwa yang menewaskan biarawati ordo Fransiscanes ini terjadi setela mobil minibus jenis Kijang Kapsul T 1756 DC warna merah yang mereka tumpangi terjun bebas dari jembatan Beringin I, Desa Beringin, Kecamatan Lubai, Muaraenim.
Sopir Kijang, Yanto ditemukan tewas. Sementara enam biarawati lainnya tewas seketika di tempat kejadian.
Usai kejadian, dari 10 penumpang mobil (termasuk sopir) hanya enam yang meninggal di tempat kejadian.
Kronologis kejadian enam korban meninggal di tempat. Sedangkan empat lainnya sempat mendapat perawatan di Puskesmas Beringin yang berjarak sekitar 200 meter dari lokasian kejadian. Namun, karena kondisinya kritis satu persatu korban tewas.
Dua korban lain yakni Suster Lorensia Fch dan Sisceltra sempat dilarikan ke RSUD Prabumulih tetapi Lorensia akhirnya juga tewas. Kedelapan suster yang tewas adalah Benedikta Fch, Yose Fch, Fenita Fch, Germanda Fch, Aurela Fch, Esila Fch, Mariana Fch, Lorensia Fch.
Biarawati Silcestra kini selamat dan sekarang menjalani perawatan intensif di RSRK Charitas, Palembang.
Informasi di lapangan, mobil yang berpenumpang 10 orang tersebut dari arah Palembang tujuan Martapura, Ogan Komering Ulu Timur. Saat tiba di tikungan jembatan mobil terjun bebas dari jembatan dan jatuh ke sungai Lubai dalam posisi terbalik.
Jufri (42), penduduk setempat yang rumahnya berada sekitar 50 meter dari lokasi kejadian mengatakan mereka mendengar suara keras saat kecelakaan tersebut. Tak berapa lama warga pun melakukan evakuasi dan melaporkan kejadian ke aparat kepolisian.
Menurut salah satu suster, Stevany ketika ditemui,Rabu (18/8) membenarkan adanya kecelakaan yang merengut nyawa sejumlah suster yang bekerja di Palembang dan merupakan warga OKUT tersebut.
"Sejauh ini kita belum dapat merinci siapa saja mereka yang meninggal itu, namun kuat dugaan mereka warga OKUT yang dulunya pernah bekerja di RS Charitas Gumawang ini," ujarnya tanpa mau merinci nama-nama suster dimaksud.
Masih menurut Stevany, pihaknya juga belum mengetahui secara persis lokasi kejadian, namun dari infromasi yang didapat pihak rumah sakit ini, kelima suster tersebut dari kota Palembang dengan tujuan desa Banuayu Kecamatan Buay Pemuka Peliung.
"Tujuan mereka itu sebenarnya bukan ke Rumah Sakit Charitas melainkan hendak ke Desa Banuayu karena ada orangtua salah satu yang sakit," paparnya. Yakni orang tua Suster Benedicta. (sir)

Daftar Nama korban:

Sr M Benedikta FCh
Nusa Tungga, 9 Mei 1961

Sr M Aurella FCh
Cibuk Lor, 15 November 1968

Sr M Yose FCh
Sidomulyo, 3 April 1973

Sr M Mariana FCh
Lubukrejo, 8 September 1984

Sr M Evilla FCh
Maumere, 3 Oktober 1970

Sr M Laurentiana FCh
Kabanjahe, 14 April 1986

Sr M Germanda FCh
Holak, Minahasa, 25 Mei 1977

Sr M Venita FCh
Banyu Ayu, Martapura 6 November 1986

Senin, 16 Februari 2009

Ampera, Tempat Bunuh Diri


Disinilah, Bambang mau bunuh diri


Ampera Dijadikan Tempat Bunuh Diri


Palembang:

Niat warga satu ini bolehlah. Dia mau mengubah fungsi Jembatan Ampera dari sarana penyeberangan menjadi 'algojo'. Sayang, niatnya itu tidak terkabul.

Diduga terlilit utang, seorang warga Sekip Ujung, Kemuning, Palembang, nekat terjun dari Jembatan Ampera Selasa (17/2) pukul 11.00 WIB. Beruntung, kakek ini selamat bahkan tidak luka sedikit pun.

Maksud hati korban, mungkin ingin bunuh diri. Namun, ternyata nasib bebricara lain. Meski demikian, ulah warga Jalan Angkatan 66 Sekip Ujung ini, membuat heboh warga di sekitar Jembatan Ampera.

Awalnya, menurut saksi mata, Bambang terlihat melangkahi dinding jembatan. Lalu tanpa diduga, dia melompat. Nasib baik, saat yang sama tidak ada perahu ataupun speedboat yang melintas.

Jadinya, ’byur’ tubuh Bambang pun terempas ke Sungai Musi. Mirip atlet lompat indah.
Beberapa warga dan sopir ketek bergegas menuju lokasi Bambang tercebur. Tak lama kemudian, kepala Bambang pun muncul ke permukaan. Langsung ditarik ke atas perahu ketek.

Lalu, korban pun dilarikan ke Rumah Sakit Dr AK Gani di pinggiur Sungai Musi. Memang tidak ditemukan luka-luka di tubuh korban. Karena untuk mengetahui kondisinya yang lebih akurat, dia pun sempat dirawat.

Karena dinilai tak membahayaka kesehatannnya, Bambang pun diperbolehkan pulang.

Saat diwawancarai, Bambang menyatakan dia nekat terjun karena terlilit utang. Berapa utangnya, menurut Bambang, cukup besar sekitar Rp 5 juta.

”Aku lah kepeningan nak nyari duit mayar utang. Waktu bejala di Ampera, tibo-tibo bae, rasonyo lemak jugo kalu terjut,” katanya sambil nyengir-nyengir.

Mudah-mudahan be, sampe di rumah gek, idak ditagih lagi utangnyo yo Wak. Makonyo, kalu nak bunuh diri jangan terjun, tapi angkat be jembatannyo tu.(nasir)

Jumat, 13 Februari 2009

Pelatihan wartawan

Pelatihan Jurnalistik Bagi Siswa di Palembang


Palembang:
Sedikitnya 35 siswa dari tujuh SMA di Palembang mendapat pelatihan jurnalistik yang diadalah Institut Jurnalistik Palembang selma dua hari, mulai Sabtu (14/2) dan Minggu (15/2).
Siswa peserta pelatihan berasal dari SMAN 1, SMAN 2, SMAN 3, SMAN 6, SMAN 10, SMAN 17, dan SMA Muhamadyah 1 Palembang.

Dibuka Kepala Dinas Pendidikan Nasional, Pemuda dan Olahraga Palembang Hatta Wazol, para pelajar ini mendapat materi-materi yang berkaitan dengan jurnalistik.

Pemateri antara lain, Maspril Aries wartawan Republika, Baharman Kabiro Media Indonesia, Noverta Salyadi wartawan Gatra, Aina Rumiyati Azis Kabiro Seputar Indonesia, dan Muhamad Nasir wartawan Sinar Harapan.

Hatta Wazol dalam sambutannya saat membuka pelatihan menyambut baik kegiatan ini. Diharapan, nantinya pelatihan ni bisa berlanjut dan juga tidak hanya bagi siswa tetapi juga bagi para guru.

Maranggi Aulia, peserta dari SMAN 2 menyatakan kegiatan ini diharapkan nantinya bisa dilajutkan dengan kegiatan berikutnya sehingga para siswa benar-benar memiliki keterampilan mengenai jurnalistik. (sir)

Kamis, 12 Februari 2009

उंग Palsu

Polisi Tak Sengaja Ungkap Sindikat Uang Palsu




Palembang,

Dua orang yang diduga bagian dari sindikat pengedar uang palsu berhasil ditangkap tim buser Poltabes Palembang Kamis (12/2).

Kedua tersangka diamankan di sebuah kamar di Hotel Bari. Keduanya adalah Amri (28) warga Cakung DKI Jakarta dan Yadi (24) warga Air Saleh Jalur 35 Banyuasin.

Dari tangan keduanya polisi menemukan sekitar Rp 40 Juta uang palsu, pecahan Rp 100 ribu, yang dibandrol dalam empat bundelan masing-masing Rp 10 juta.

Kapoltabes Palembang Kombes Pol Luki Hermawan SIK, berjanji akan mengembangkan penyelidikan dari temuan ini. “Kami usut, apakah kawanan ini memang bagian dari sindikat peredaran uang palsu di Indonesia,” tegas Luki.

Menurut Luki tidak melepas kemungkinan bahwa Palembang memang sengaja dijadikan sasaran dua tersangka ini untuk mengedarkan uang palsu. Apalagi jumlah yang dimiliki mereka cukup besar. Kemungkinan lain, tentang dugaan bahwa uang palsu dicetak di Palembang juga tetap ada. “Semuanya akan terjawab dari hasil penyelidikan nantinya,” tegas Kapoltabes.
Selain itu Kapoltabes juga mengimbau agar masyarakat Palembang, lebih teliti dalam hal transaksi uang, khususnya bagi para pedagang di pasar tradisonal ramai.

Penangkapan pengedar uang palsu dan barang buktinya ini sebenarnya dilakukan secara tidak sengaja. Pasalnya, saat itu, satuan narkoba Poltabes Palembang, bukan mengincar tersangka uang palsu, melainkan menindaklanjuti pesta narkoba yang diduga terjadi di kamar Hotel itu. Tetapi saat dilakukan penggrebekan ternyata yang didapati adalah Rp 40 juta uang palsu, lengkap dengan dua orang pemiliknya yang tengah beristirahat di kamar 309.
Uang palsu disimpan Amri dan Yadi dalam dua tempat berbeda di kamar itu. Tumpukan pertama disimpan didalam tas dan tumpukan kedua berada di atas kasur. Kemungkinan saat itu Amri dan Yadi sedang meneliti kualitas dari uang tersebut.
Uang palsu yang didapat dari tangan Amri dan Yadi ini, sepintas sangat mirip dengan uang asli, apalagi jika kita tidak sedang memegang uang asli untuk membandingkannya. Pasalnya, kelengkapan atribut dalam uang palsu ini hampir sempurna, bahkan bayangan tanda air gambar pahlawan nasional, juga bisa dilihat dari uang itu. Selain itu uang palsu juga dilengkapi dengan benang emas pengaman yang memotong vertikal uang tersebut.
Perbedaan keaslian uang tersebut terlihat saat membandingkan dengan cara mendekatkan uang asli disampingnya. Warna uang palsu tampak lebih mencolok, selain itu kertas juga terasa lebih tebal, dan jika diraba juga tidak terasa tonjolannya.
Uang palsu ini diduga dicetak dengan sebuah printer berteknologi laser, sehingga tinta yang melekat pada uang ini, sukar luntur. Selain itu kualitas cetakan juga mendekati sempurna bila dicetak dengan printer laser.
“Kami bukan yang memproduksinya, kami cuma pembeli uang palsu ini,” jelas Amri. Amri menceritakan, untuk mendapatkan uang palsu senilai Rp 40 juta ini, mereka berdua membelinya dengan harga Rp 10 juta. Uang palsu didapat mereka dari dua orang pengedar yang diketahui bernama Imam dan Aris.
Meskipun berasal dari Jakarta Amri membantah keras jika dia adalah pemasok uang ini. Pasalnya dia membeli uang ini di Palembang.
Saat ditangkap, dari tangan Amri juga ikut disita dua buah jimat pinggang. “Itu jimat sengaja aku bawa untuk menambah kepercayaan diri saat akan menyebarkan uang palsu. Mungkin orang bisa bertambah percaya,” ungkapnya.
Yadi juga mengatakan hal yang sama. Bujangan yang mengaku bekerja sebagai petani di Jalur 35 Banyuasin ini juga mengaku hanya sebagai pembeli dan belum sempat mengedarkan. “Saya keluarkan uang Rp 1,3 juta dan sebuah ponsel untuk membeli uang ini. saya sanggup beli karena butuh bayar hutang,” jelas Yadi.
Hanya saja keterangan Amri sedikit mencurigakan, pasalnya , dia mengaku sudah 15 hari menginap di hotel tersebut. Selain itu dari tangan dua tersangka, selain didapati uang palsu pecahan Rp 100 ribu, juga didapat satu lembar uang palsu pecahan Rp 50 ribu. Dari bukti ini, jelaslah bahwa sebenarnya mereka sebelumnya sudah mengedarkan uang palsu.

Sasaran penukaran uang diduga ditukarkan para tersangka ini adalah sejumlah pasar tradisonal ramai di Kota Palembang. Mereka adalah sasaran empuk dari kawanan ini, mengingat 10 hari sebelumnya seorang pedagang rokok di kawasan pasar induk Jakabaring juga mendapatka uang palsu. Selain pasar, target pengedar uang palsu biasanya pedagang yang beroperasi di malam hari. (sir)

कोरुपसी पीटी BA

Kejati Terus Kumpulkan Bukti

Thursday, 12 February 2009

PALEMBANG (SINDO) –


Tim Pengumpul Data Kejati Sumsel terus mencari dan mengumpulkan bukti-bukti baru untuk mengusut kasus dugaan mark updi PTBA.

Mark up tersebut berupa pengadaan motor elektrik (electrical motor) senilai 9,8 miliar di PT Bukit Asam (PTBA) yang dipersoalkan LSM Humanika. Tim pengumpul data yang merupakan Jaksa Fungsional Kejaksaan Tinggi (Kejati) Sumatera Selatan (Sumsel) sebelumnya telah memeriksa dua saksi dari PT Bukit Asam (PTBA),yakni Senior Manajer Logistik PTBA Mulyanto dan Manajer Pengadaan Barang Rutin Maswardi.

Kepala Seksi Penkum dan Humas Kejati Sumsel Apandi SH didampingi Tim Jaksa Pengumpul Data atas dugaan mark up pengadaan motor elektrik 1.000 horse power di PTBA mengatakan,hingga kini pihaknya masih terus mengumpulkan bukti-bukti dalam mengusut kasus tersebut.

“Sampai saat ini kami masih kumpulkan bukti-bukti, apakah ada unsur korupsi dan perbuatan melawan hukum dalam pengadaan motor elektrik di PTBA tersebut” ungkapnya di ruang kerjanya kemarin. Tim pengumpul data terdiri atas Jaksa Ali Zainuddin, Ali Ali Abdullah, dan Bahrul.

Ali Zainuddin mengatakan, berdasarkan pul data dan pul baket, ternyata pengadaan barang berupa horse power 1.000 masih sebatas perencanaan. ”Hingga kini proyek pengadaan barang tersebut belumberjalankarena letterof credit (LOC) belum dibuka dan pihak General Electric Canada (GEC) belum bersedia menandatangani jualbeli,” tandasnya.

Ali Zainuddin menjelaskan, hal tersebut berlangsung pada24November2008,dimana dua perusahaan, yakni PT Sinar Harapan Kontrindo dan PT Trimantara,menawarkan harga barang motor elektrik. PT Sinar Harapan Kontrindo menawarkan harga Rp9,8 miliar (PPN 10%) dan PT Trimantara menawarkan Rp16,5 miliar.

Rencana pengadaan alat tersebut sudah hingga tahap pelelangan.Barang tersebut dibeli untuk menggantikan suku cadang motor elektrik 1.000 horse poweryang rusak. Berdasarkan dua tawaran perusahaan itu, pihak PTBA berdasarkan owner estimate (OE) atau perhitungan sendiri hanya memiliki dana Rp5,3 miliar (belum termasuk PPN).

”Jadi dalam rencana pengadaan tersebut, uang PTBA minim dibandingkan harga barang yang ditawarkan. Akhirnya, PTBA melakukan negosiasi harga dengan PT Sinar Harapan Kontrindo atas tawarannya senilai Rp9,8 miliar, dengan keputusan hasil negosiasi menjadi Rp8. 985. 000.000 (belum termasuk PPN).

Akhirnya,proses lelang pun dibatalkan karena terkendala, baru memiliki dana Rp 5,3 miliar dan ada surat pembatalan,”ungkapnya. Ali melanjutkan, OE direvisi pihak PTBA dengan berlandaskan Peraturan Menteri Negara BUMN No Per-05- MBU/ 2008 tanggal 3 September 2008 tentang Pedoman Umum Pengadaan Pelaksanaan Barang dan Jasa BUMN,Pasal 9 ayat 3.

Karena itu, dilakukan penunjukan langsung kepada PT Guna Electrik Jakarta dalam rencana pengadaan alat oleh GEC.Selanjutnya, diperoleh penurunan harga dari 950.000 dolar Kanada (CAD) atau hampir Rp8,6 miliar menjadi 926.250 dolar Kanada untuk merealisasikannya.

Namun,Ali Zainuddin menegaskan, General Electric Kanada belum bersedia menandatangani transaksi jualbeli dan belum dibuka letter of credit.”Makanya,hingga kini kami belum temukan temuan dugaan mark up,di mana indikasi dugaan korupsi atau tidak belum kami temukan.

Berdasarkan hasil sementara ya masih sebatas itu, kecuali jika ada temuan-temuan baru. Berdasarkan keterangan dua orang yang kami periksa pada 20 Januari 2009 lalu,baru surat-menyurat dan pengadaan belum dijalankan. Kami tidak bisa menebak-nebak dan perlu bukti kuat,”paparnya.

Pihak Kejati Sumsel baru menemukan sebatas hal tersebut dari pul data-pul baket yang dilakukan. Motor elektrik yang difungsikan sebagaialatpencetakataupengukur batu bara yang rencananya difungsikan untuk kawasan batu bara dekat Provinsi Lampung.

Seperti diberitakan sebelumnya, tender pengadaan motor elektrik senilai Rp9 miliar yang dilaksanakan PT Bukit Asam (PTBA) Tanjung Enim terindikasi telah dimark up dan diselewengkan oknum tidak bertanggung jawab. Karena itu,LSM Humanika dan LSM Sriwijaya Corruption Watch (SCW) Muaraenim akan melaporkan temuan tersebut ke Polda Sumsel.

Ketua LSM Humanika Firdaus Hasbullah mengatakan, pihaknya telah menemukan indikasi mark up proyek tender pengadaan motor elektrik senilai Rp9 miliar,yang rencananya digunakan di pabrik PTBA di kawasan Tarakan, Kabupaten Muaraenim.

Sebelumnya,Kepala Logistik PTBA Mulyanto membantah proses tender pengadaan tersebut terjadi mark up dan KKN. ”Proses tendernya sudah sesuai prosedur, tidak ada mark up atau KKN,” katanya. (retno palupi)

http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/213148/

Rabu, 11 Februari 2009

Demokrat dan Golkar Bersahabat

Di Daerah pun, Demokrat dan Golkar Harmonis

Palembang:

Hubungan antara Partai Demokrat dan Partai Golkar bukan hanya di pusat. Di daerah pun, hubungan tersebut terbina baik.


Meski demikian, polemik seputar pernyataan salah seorang pimpinan Demokrat yang dinilai merugikan partai Golar membuat pengurus Demokrat Sumsel mengambil sikap.

Dewan Pengurus Daerah (DPD) Partai Demokrat Sumatera Selatan, mengingatkan kepada seluruh kader, baik yang duduk di legislatif maupun yang berada dalam kepengurusan untuk bersikap hati-hati dalam mengeluarkan statement. PD juga mengingatkan agar para kader memposisikan diri sesuai kapasitas masing-masing dalam berbicara.

”Jadi kalau dia ketua fraksi hendaklah ngomong sebatas ketua fraksi dan jangan mencampur adukkan antara urusan partai dengan kegiatan dilegislasi,” ujar Ketua DPD Partai Demokrat Sumatera Selatan, Achmad Djauhari, Rabu (11/2) terkait dengan pernyataan Wakil Ketua DPP Partai Demokrat yang menjadi pembicaraan hangat saat ini.

Sikap serius jajaran DPD Partai Demokrat Sumsel ini ditindaklanjuti dengan mengumpulkan seluruh pengurus DPD PD Sumsel, dengan menggelar rapat tertutup yang berlangsung di sekretariat PD Sumsel, kemarin.

Menurut Djauhari, hubungan PD dengan Partai Golkar di Sumatera Selatan tidak ada masalah. Partai Golkar, katanya, dianggap sebagai saudara tertua, yang harus dihormati dan hubungan ini akan tetap dipelihari.

”Sampai saat ini hubungan kita tetap baik. Kami mendukung semua kebijakan yang dikeluarkan Gubernur Sumsel. Apalagi saat Pilkada dulu PD juga mendukung Alex Noerdin dan programnya sampai sekarang,” kata Djauhari yang juga Wakil Ketua DPRD Palembang.

Terkait pernyataan wakil ketua DPP Partai Demokrat, dia yakin hal itu bukan pernyataan yang memiliki unsur kesengajaan. Hanya terselip lidah atau terpeleset. ”Saya yakin dia maunya ngomong 25 persen tapi bukan 2,5 persen. Karena Partai Golkar lima tahun sebelumnya sudah merebut suara sebanyak 15 persen. Jadi saya yakin Pemilu nanti suara Golkar mencapai 25 persen,” kata Djauhari.

Menanggapi sikap hati-hati pada kader PD Sumsel, kata Djauhari, memang saat ini belum ada kader yang berbicara diluar kewenangannya. Namun dia berharap sikap seperti ini tetap di jaga dan dipelihara, sehingga hubungan baik dengan siapapun dan partai manapun akan tetap terjaga.

Di tingkat pusat, pembina PD yang juga Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyona sudah mengklarifikasi persoalan ini. (sir)

Polisi amankan Pemilu

11.000 Personel Polisi Siap Amankan Pemilu

Palembang:
Polda Sumsel menyiapkan 11.000–12.000 personel polisi untuk pengamanan selama berlangsungnya pemilu di seluruh wilayah Sumsel.
Kepala Bidang Humas Polda Sumsel Kombes Pol A Gofur Rabu (11/2) mengatakan, belasan ribu personel ini ditujukan untuk mengamankan logistik pemilu di Sumsel mulai dari tempat percetakan yang sudah ditunjuk hingga pendistribusiannya ke tempat pemungutan suara (TPS) yang ada di wilayah Sumsel.

“Kami akan mengamankan secara ketat hingga ke tingkat yang paling bawah. Untuk itu kita telah mempersiapkan semuanya jauh-jauh hari.Kami telah memberikan pembekalan kepada anggota,”ujar Gofur di Mapolda Sumsel.

Gofur menjelaskan, polisi menerapkan dua metode pengamanan, yaitu pengamanan secara keseluruhan yang melibatkan Direktorat Samapta dan Intelkam Polda.

Tak ketinggalan pengamanan berupa penegakan hukum terpadu (gakumdu) yang ditangani Direktorat Reserse Kriminal (Reskrim) bersama Panwaslu. Selain itu kepolisian juga melakukan pengamanan seluruhtahapanpemilu, mulaidari masa kampanye,masa tenang, hingga pelaksanaan pemungutan suara.

“Dengan pola pengamanan yang cukup ketat diharapkan bisa membuat pelaksanaan pemilu di daerah ini berjalan lancar. Kami siapkan 11.000–12.000 personel nantinya, ”kata Gofur. Tak lupa Polda Sumsel juga melakukan pengamanan di pintu-pintu wilayah Sumsel dan daerah perbatasan.

Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan. Meski berdasarkan pengalaman pelaksanaan pilkada di Sumsel cukup aman,tindakan antisipatif tetap harus dilakukan. Gofur juga menambahkan, pendistribusian logistik pemilu memang perlu mendapat pengamanan yang ketat.

Sebab, dikhawatirkan pendistribusian mengalami gangguan.

Terpisah, Ketua KPUD Sumsel Anisatul Mardiah mengatakan, kesiapan Polda Sumsel yang menerjunkan belasan ribu personel untuk pengamanan pendistribusian logistik dan pelaksanaan pemilu diSumsel ini dinilainya cukup.

Bagaimanapun KPUD nantinya masih akan melihat terlebih dulu kondisi tahapan hingga pelaksanaan pemilu di Sumsel, apakah berjalan dengan kondusif atau tidak.“Jika tidak, kita akan meminta tambahan personel,lebih dari yang disiapkan, untuk menjamin berlangsung pemilu di Sumsel,”kata Anisatul. (sir)